Pakaian ihram menjadi salah satu elemen krusial dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Busana khusus ini tidak hanya sekadar penutup tubuh, melainkan simbol kesederhanaan dan persamaan di hadapan Allah SWT. Setiap jemaah, tanpa memandang status sosial, diwajibkan mengenakan pakaian seragam yang sederhana, menciptakan suasana khidmat dan fokus pada tujuan ibadah.
Memahami Definisi dan Makna Spiritual Pakaian Ihram
Dalam syariat Islam, ihram merujuk pada kondisi suci dan niat menunaikan ibadah di Tanah Suci, bukan hanya pada busana yang dikenakan. Pakaian ihram adalah busana khusus yang digunakan saat seseorang memasuki niat haji atau umrah.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Menurut Ahmad Sarwat Lc. MA dalam bukunya IHRAM: Seri Fikih Haji & Umrah (2017), ihram adalah keadaan di mana seorang muslim membatasi diri dari beberapa hal yang dilarang selama pelaksanaan haji dan umrah. Penggunaan pakaian ihram ini menandai dimulainya larangan-larangan tertentu sesuai tuntunan syariat, memasuki fase sakral dalam ibadah.
Makna spiritualnya sangat mendalam. Pakaian ihram melambangkan kesiapan untuk meninggalkan segala urusan duniawi, mendorong jemaah untuk sepenuhnya fokus pada ibadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Aturan Ketat Pakaian Ihram bagi Jemaah Pria: Larangan Pakaian Berjahit
Bagi jemaah pria, aturan mengenai pakaian ihram sangat spesifik dan ketat. Syariat Islam melarang penggunaan pakaian yang dijahit atau berbentuk seperti baju, celana, serta penutup kepala. Jemaah pria hanya diperbolehkan memakai dua lembar kain tak berjahit.
- Satu lembar kain digunakan untuk menutupi bagian bawah tubuh (izar).
- Satu lembar kain lainnya untuk menutupi bagian atas tubuh (rida’).
Penjelasan dari buku Ihram juga menegaskan larangan penggunaan celana dalam bagi laki-laki selama ihram. Hal ini disebabkan celana dalam termasuk kategori pakaian yang dijahit dan membentuk tubuh. Oleh karena itu, jemaah pria harus memastikan tidak memakai pakaian berjahit, baik di bagian luar maupun dalam.
Meski demikian, terdapat kelonggaran untuk beberapa benda tambahan. Jemaah pria diperbolehkan memakai sabuk, dompet kecil, atau tas pinggang. Atribut ini diizinkan selama tidak menyerupai pakaian dan tidak digunakan untuk menutupi bagian tubuh yang wajib terbuka saat ihram. Fungsinya lebih kepada menyimpan barang penting seperti uang atau dokumen.
Ketentuan Pakaian Ihram bagi Jemaah Wanita: Menjaga Aurat dan Kesederhanaan
Berbeda dengan pria, syariat tidak mewajibkan bentuk pakaian ihram khusus bagi wanita. Jemaah perempuan cukup mengenakan pakaian yang menutup aurat sesuai ketentuan syariat, yaitu menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
Pilihan warna dan bentuk baju dapat disesuaikan, namun diutamakan busana yang longgar dan tidak membentuk lekuk tubuh. Ahmad Sarwat Lc. MA menjelaskan bahwa perbedaan utama antara ihram pria dan wanita terletak pada model dan aturan pakaian. Pria wajib memakai kain ihram tanpa jahitan, sementara wanita cukup mengenakan pakaian syar’i yang biasa.
Selain itu, jemaah wanita juga tidak diperbolehkan memakai cadar atau sarung tangan selama berada dalam kondisi ihram. Disarankan bagi wanita untuk memilih baju yang nyaman, mudah dipakai saat beraktivitas di Tanah Suci, dan terbuat dari kain yang ringan namun tidak menerawang. Penting juga untuk memastikan pakaian tidak mudah tersingkap saat berjalan atau berdesakan di keramaian.
Pentingnya Memahami Aturan Pakaian Ihram demi Ibadah yang Sah
Pakaian ihram merupakan simbol kesiapan dan kesucian dalam menjalankan ibadah haji serta umrah. Memahami aturan penggunaannya, termasuk larangan pakaian jahit dan atribut tertentu, sangat krusial bagi setiap jemaah, baik pria maupun wanita.
Kepatuhan terhadap syariat dalam berpakaian ihram memastikan ibadah yang sah dan diterima. Buku IHRAM: Seri Fikih Haji & Umrah memberikan panduan jelas mengenai tata cara berpakaian ihram, membantu jemaah menunaikan ibadah dengan tenang dan penuh kekhusyukan.






