Nasional

Mengurai Pan-Islamisme: Dari Gagasan Jamaluddin Al-Afghani hingga Pengaruhnya di Politik Indonesia

Pan-Islamisme, sebuah konsep yang menekankan persatuan umat Islam tanpa batas negara atau perbedaan budaya, telah menjadi gagasan sentral dalam sejarah pemikiran Islam. Istilah ini merujuk pada upaya menyatukan umat Muslim di seluruh dunia untuk menghadapi tantangan global, dengan Jamaluddin Al-Afghani sebagai tokoh sentral yang pemikirannya berpengaruh besar, terutama dalam konteks politik Islam.

Memahami Akar dan Definisi Pan-Islamisme

Secara harfiah, Pan-Islamisme berarti persatuan dunia Islam. Konsep ini berakar pada prinsip ukhuwah Islamiyah, yaitu persaudaraan sesama Muslim yang juga tercermin dalam ajaran Alquran. Sejak awal, gagasan ini menjadi strategi penting dalam menjaga kekuatan umat.

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Menurut penelitian Novi Zahra yang berjudul Pan-Islamisme dan Implikasinya Terhadap Pembaharuan Pendidikan Islam (Jurnal Diskursus Islam, Vol. 7, No. 1, Th. 2019), di Indonesia gagasan ini muncul sebagai respons terhadap situasi sosial-politik dunia Islam pada masa kolonial. Pan-Islamisme mendorong solidaritas lintas bangsa demi menghadapi ancaman eksternal.

Munculnya Pan-Islamisme didorong oleh penjajahan Barat yang menyebabkan disintegrasi di negara-negara Muslim. Banyak pemikir Muslim merasa perlu mencari cara agar umat Islam tetap kuat dan tidak mudah dipecah-belah oleh kekuatan asing. Situasi inilah yang membuat gagasan persatuan menjadi semakin relevan.

Visi Jamaluddin Al-Afghani tentang Persatuan Umat

Pemikiran Pan-Islamisme sangat dipengaruhi oleh Jamaluddin Al-Afghani, seorang reformis Muslim abad ke-19. Bagi Al-Afghani, Pan-Islamisme adalah strategi membangun solidaritas global di antara seluruh Muslim. Ia percaya bahwa kekuatan umat hanya akan muncul jika perbedaan etnis, mazhab, dan kebangsaan dapat dikesampingkan demi tujuan bersama.

Novi Zahra dalam tulisannya menjelaskan bahwa Al-Afghani memandang persatuan umat sebagai senjata utama untuk menghadapi tantangan zaman, baik dari dalam maupun luar dunia Islam. Ada beberapa prinsip utama dalam pemikiran Al-Afghani:

  • Pentingnya persatuan akidah dan visi umat Islam.
  • Ajakan untuk membangun jaringan yang kuat lintas wilayah.
  • Menolak segala bentuk perpecahan yang bisa merugikan kekuatan umat.

Al-Afghani melihat Pan-Islamisme sebagai upaya nyata untuk mengembalikan kejayaan umat Islam melalui persatuan dan pembaruan politik.

Tujuan Utama Gerakan Pan-Islamisme

Gerakan Pan-Islamisme memiliki tujuan besar. Selain memperkuat internal umat, gerakan ini juga bertujuan menghadirkan perubahan nyata dalam tatanan politik dunia Islam. Al-Afghani menekankan pentingnya memahami tantangan zaman agar umat tidak mudah dikuasai pihak luar.

Tujuan paling mendasar dari Pan-Islamisme adalah membangun persatuan umat Islam di seluruh dunia. Persatuan ini dianggap kunci utama agar umat Muslim dapat menghadapi tantangan global secara efektif. Selain itu, Pan-Islamisme juga berfungsi sebagai alat untuk melawan dominasi dan penindasan dari bangsa asing. Al-Afghani menekankan pentingnya perlawanan terhadap imperialisme agar umat Islam mampu menentukan nasib sendiri.

Implikasi Pan-Islamisme dalam Politik Indonesia

Gerakan Pan-Islamisme mendorong lahirnya partai-partai politik Islam di berbagai negara, termasuk Indonesia. Perjuangan politik menjadi sarana untuk menerjemahkan gagasan persatuan ke dalam kebijakan nyata. Novi Zahra menyebutkan bahwa Pan-Islamisme menjadi inspirasi utama bagi banyak gerakan politik Islam dalam melawan kolonialisme.

Di Indonesia, konsep Pan-Islamisme memberikan warna tersendiri dalam perjalanan politik Islam. Ide persatuan dan perlawanan terhadap ketidakadilan diadopsi oleh berbagai organisasi dan partai. Banyak partai politik Islam di Indonesia lahir dengan semangat Pan-Islamisme, mengadopsi prinsip persatuan dan pembaruan sebagai dasar perjuangan politik, baik sebelum maupun setelah kemerdekaan.

Pemikiran Al-Afghani tetap relevan hingga kini. Pengaruh Pan-Islamisme terus terasa di berbagai lini kehidupan politik dan sosial umat Islam Indonesia, dengan banyak organisasi Islam masih merujuk pada gagasan persatuan sebagai strategi menghadapi tantangan baru, seperti globalisasi dan krisis identitas.

Sebagai kesimpulan, Pan-Islamisme merupakan konsep strategis yang berakar pada persatuan dan solidaritas umat Islam, menekankan pentingnya mewujudkan kekuatan kolektif agar umat mampu menghadapi perubahan zaman dan tantangan eksternal. Pemikiran Jamaluddin Al-Afghani memberi arah baru bagi gerakan politik Islam, khususnya di Indonesia, menginspirasi lahirnya organisasi dan partai yang menjadikan persatuan sebagai landasan utama perjuangan.

Mureks