Setiap kali kalender berganti ke 1 Januari, masyarakat dunia merayakan Tahun Baru sebagai simbol awal yang baru. Namun, di balik tradisi global tersebut, tersimpan sebuah perjalanan sejarah panjang tentang bagaimana kalender Masehi lahir dan akhirnya digunakan hampir di seluruh penjuru dunia.
Akar penanggalan Masehi dapat ditelusuri hingga masa Romawi Kuno. Pada tahun 45 sebelum Masehi, Julius Caesar memperkenalkan Kalender Julian. Langkah ini merupakan upaya untuk menertibkan sistem penanggalan yang kala itu masih kacau balau. Kalender Julian menetapkan satu tahun terdiri dari 365 hari, dengan penambahan satu hari setiap empat tahun yang kemudian dikenal sebagai tahun kabisat. Reformasi ini dianggap maju pada masanya karena lebih mendekati peredaran matahari dibandingkan sistem penanggalan sebelumnya.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Meski demikian, Kalender Julian masih menyimpan kekurangan. Selisih waktu sekitar 11 menit per tahun dengan siklus matahari menyebabkan tanggal-tanggal penting perlahan bergeser. Dalam jangka ratusan tahun, pergeseran ini menjadi semakin signifikan, terutama bagi gereja yang sangat bergantung pada ketepatan penanggalan untuk menentukan hari-hari besar keagamaan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Paus Gregorius XIII melakukan reformasi besar pada tahun 1582 dengan memperkenalkan Kalender Gregorian. Sistem ini menyempurnakan aturan tahun kabisat. Tahun yang habis dibagi empat tetap menjadi kabisat, tetapi tahun abad seperti 1700, 1800, dan 1900 tidak dihitung kabisat kecuali juga habis dibagi 400. Perubahan ini membuat kalender jauh lebih akurat terhadap peredaran matahari.
Kalender Gregorian awalnya hanya diterapkan di negara-negara Katolik. Namun, seiring waktu, sistem ini diadopsi secara bertahap oleh negara-negara Eropa lainnya. Dalam perkembangannya, Kalender Gregorian menjadi standar internasional yang digunakan dalam administrasi pemerintahan, perdagangan global, hingga ilmu pengetahuan modern.
Istilah penanggalan Masehi sendiri berkaitan erat dengan konsep Anno Domini (AD) atau “Tahun Tuhan”. Konsep ini diperkenalkan oleh Dionysius Exiguus pada abad ke-6, yang menghitung tahun berdasarkan kelahiran Yesus Kristus. Dalam bahasa Indonesia, istilah “Masehi” berasal dari kata al-Masih, yang merujuk pada sosok yang sama.
Saat ini, kalender Masehi atau Gregorian memang menjadi acuan utama dunia. Namun, berbagai peradaban tetap mempertahankan kalender tradisional mereka, seperti kalender Hijriah, kalender Jawa, maupun kalender Cina, yang digunakan berdampingan sesuai kebutuhan budaya dan keagamaan masing-masing.
Dengan sejarah yang membentang lebih dari dua milenium, perayaan Tahun Baru Masehi bukan sekadar pesta pergantian angka. Ia menjadi penanda bagaimana warisan Romawi Kuno, tradisi keagamaan, dan ilmu pengetahuan berpadu membentuk sistem waktu global yang masih digunakan hingga hari ini.






