Surah Al-Isra ayat 7 membawa pesan fundamental yang relevan dengan kehidupan manusia. Ayat suci ini mengingatkan bahwa setiap perbuatan, baik maupun buruk, tidak akan berlalu begitu saja tanpa konsekuensi. Sebaliknya, semua tindakan akan kembali kepada pelakunya dalam bentuk balasan yang setimpal, sebuah konsep yang dikenal sebagai hukum tabur tuai amal perbuatan.
Apa yang ditanam hari ini, itulah yang akan dipetik di kemudian hari. Surah Al-Isra sendiri merupakan surah ke-17 dalam Al-Qur’an, terdiri atas 111 ayat, dan tergolong surah Makkiyah, yang diturunkan di Makkah. Nama “Al-Isra” sendiri memiliki arti “memperjalankan di malam hari”.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Teks Arab, Latin, dan Arti Surah Al-Isra Ayat 7
Berikut adalah bunyi lengkap Surah Al-Isra ayat 7:
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
Latin: In aḥsantum aḥsantum li’anfusikum, wa in asa’tum fa lahā, fa iżā jā’a wa’dul-ākhirati liyasū’ū wujūhakum wa liyadkhulal-masjida kamā dakhalūhu awwala marratiw wa liyutabbirū mā ‘alau tatbīrā(n).
Artinya: “Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai.”
Tafsir Surah Al-Isra Ayat 7: Hukum Tabur Tuai Amal Manusia
Berdasarkan Tafsir Kementerian Agama RI, Surah Al-Isra ayat 7 secara tegas menjelaskan bahwa kebaikan yang dilakukan seseorang akan kembali kepada dirinya sendiri. Sebaliknya, jika seseorang berbuat jahat, maka akibat buruk dari kejahatan tersebut juga akan menimpa dirinya.
Meskipun pada awalnya ayat ini merujuk pada Bani Israil, para ulama sepakat bahwa ketentuan yang terkandung di dalamnya bersifat universal, berlaku bagi seluruh umat manusia di sepanjang zaman. Inilah esensi dari hukum tabur tuai amal perbuatan.
Dalam tafsir tersebut, dijelaskan bahwa balasan kebaikan di dunia dapat terwujud dalam bentuk kehidupan yang lebih kokoh dan teratur. Suatu kaum yang konsisten dalam berbuat baik akan dianugerahi kemampuan untuk mempertahankan diri dari ancaman musuh, kelapangan rezeki, keberlanjutan keturunan, serta kesempatan untuk membangun kehidupan dan peradaban yang lebih maju. Selain itu, kebaikan juga mempermudah manusia dalam menjalankan ibadah dan menata hidup menuju ketenangan. Sementara itu, balasan kebaikan di akhirat adalah surga, sebuah tempat penuh kenikmatan sebagai wujud keridaan Allah SWT atas amal kebajikan yang telah dilakukan.
Sebaliknya, jika manusia memilih jalan kejahatan, seperti menentang kebenaran, melanggar ajaran Allah, dan mengikuti hawa nafsu, maka konsekuensinya adalah kemurkaan Allah SWT. Tafsir menguraikan bahwa perbuatan buruk akan membawa kehancuran, baik pada level individu maupun kolektif. Mereka akan terjerumus dalam perpecahan, saling menjatuhkan, dan kehilangan kekuatan untuk membela diri. Akibatnya, mereka menjadi lemah, tertindas, dan mudah dikuasai oleh musuh. Inilah balasan buruk yang dapat dirasakan di dunia.
Adapun balasan di akhirat bagi perbuatan jahat adalah azab neraka, sebuah hukuman yang amat berat atas kedurhakaan kepada Allah SWT.
Contoh Sejarah: Hukuman bagi Bani Israil
Sejarah Bani Israil menjadi contoh nyata penerapan hukum tabur tuai ini. Allah SWT mengingatkan kembali hukuman yang pernah menimpa Bani Israil akibat kejahatan yang mereka lakukan untuk kedua kalinya. Pada masa itu, Allah membiarkan mereka dalam kondisi kacau balau saat musuh datang menyerang dan menaklukkan mereka.
Catatan sejarah menyebutkan bahwa kehancuran kedua ini diakibatkan oleh bangsa Romawi. Pada tahun 70 Masehi, Kaisar Titus memasuki Baitul Maqdis, menghancurkan kota, membakar Masjidil Aqsa, serta menawan dan membunuh banyak orang Yahudi. Peristiwa tragis ini diperkirakan menewaskan sekitar satu juta jiwa.
Kemudian, pada masa pemerintahan Kaisar Hadrianus (117-138 Masehi), Baitul Maqdis kembali dikuasai dan dirusak. Kota tersebut bahkan diubah namanya menjadi Aelina Capitolina. Masjidil Aqsa diruntuhkan dan digantikan dengan bangunan lain. Akibat rentetan peristiwa ini, bangsa Yahudi kehilangan negeri dan kerajaan mereka, kemudian tercerai-berai ke berbagai penjuru dunia.
Hikmah Penting dari Surah Al-Isra Ayat 7
Surah Al-Isra ayat 7 mengandung banyak pelajaran berharga mengenai sikap dan perilaku manusia. Ayat ini secara gamblang mengingatkan bahwa setiap perbuatan memiliki dampak yang signifikan, baik di dunia maupun di akhirat. Berikut adalah beberapa hikmah utama yang dapat diambil:
- Setiap manusia bertanggung jawab penuh atas perbuatannya sendiri. Apa yang dilakukan seseorang akan kembali kepada dirinya dan tidak dapat digantikan oleh orang lain.
- Kebaikan yang dilakukan tidak akan pernah sia-sia dan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Sekecil apa pun kebaikan yang ditanam akan memberikan manfaat bagi pelakunya dan orang di sekitarnya.
- Perbuatan buruk tidak akan hilang begitu saja dan pada akhirnya akan merugikan pelakunya sendiri.
- Ayat ini menekankan pentingnya introspeksi diri. Sebelum bertindak, seseorang perlu mempertimbangkan dengan matang apakah perbuatannya baik dan akan membawa manfaat.
Dengan memahami makna mendalam Surah Al-Isra ayat 7 tentang hukum tabur tuai amal perbuatan manusia, umat Islam didorong untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan senantiasa memilih perbuatan yang baik. Ayat ini juga memotivasi setiap individu untuk terus berupaya memperbaiki diri, karena setiap perubahan menuju kebaikan akan kembali membawa manfaat bagi kehidupannya sendiri.






