Chelsea kembali menelan pil pahit di Stamford Bridge setelah takluk 1-2 dari Aston Villa dalam lanjutan Liga Inggris pada Jumat, 27 Desember 2025. Hasil ini terasa kian menyesakkan mengingat dominasi The Blues sepanjang lebih dari satu jam pertandingan, yang justru berakhir dengan kekalahan dari tim yang tengah berada di puncak performa Premier League.
Dominasi Awal yang Gagal Berbuah Kemenangan
Sejak peluit awal, Chelsea tampil meyakinkan layaknya penantang serius di papan atas. Pasukan Enzo Maresca mengendalikan tempo permainan, unggul dalam duel lini tengah, dan berhasil meredam skema serangan balik cepat Aston Villa. Gol pembuka yang dicetak Joao Pedro pada menit ke-37 menjadi cerminan akurat dari dominasi tersebut.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Chelsea menciptakan sejumlah peluang bersih dan tampak nyaman menekan lawan, terutama di area sayap. Secara struktural, pendekatan taktis Maresca berjalan efektif. Organisasi tim terlihat rapi, disiplin bertahan terjaga, sehingga Aston Villa nyaris tidak diberi ruang untuk mengembangkan permainan di babak pertama.
Peluang Terbuang dan Titik Balik Pertandingan
Namun, masalah klasik Chelsea kembali muncul pada detail-detail kecil yang krusial. Cole Palmer, misalnya, memilih melepaskan tembakan sulit di awal laga ketimbang mengalirkan bola kepada Joao Pedro atau Enzo Fernandez. Fernandez sendiri gagal memanfaatkan peluang emas dari jarak dekat pada menit ke-18.
Alejandro Garnacho juga berulang kali tertahan oleh Matty Cash, meskipun bek kanan Villa itu sudah mengantongi kartu kuning sejak babak pertama. Momen-momen ini membuat keunggulan Chelsea tetap tipis, hanya satu gol.
Situasi pertandingan berubah drastis setelah pelatih Aston Villa, Unai Emery, melakukan pergantian pemain. Masuknya Ollie Watkins terbukti menjadi pembeda yang gagal diantisipasi oleh Chelsea.
Efektivitas Mematikan Aston Villa
Aston Villa menunjukkan mengapa mereka dikenal sebagai spesialis kebangkitan. Sejak awal musim 2023-24, The Villans tercatat sebagai tim dengan perolehan poin terbanyak dari posisi tertinggal di Premier League. Watkins menyamakan skor lewat pergerakan tanpa bola yang luput dari pengawasan Trevoh Chalobah, sebelum menaklukkan kiper Robert Sanchez. Gol tersebut merupakan percobaan tepat sasaran kedua Villa sepanjang laga.
Gol kemenangan Aston Villa datang dari situasi bola mati. Berawal dari sepak pojok hasil serangan balik cepat, Malo Gusto kehilangan konsentrasi, dan Watkins kembali bebas menyundul bola melewati Sanchez, memastikan kemenangan tim tamu.
Pengakuan Maresca dan Masalah Manajemen Laga
Pelatih Chelsea, Enzo Maresca, tidak menampik masalah yang menghantui timnya. Ia menilai Chelsea seharusnya sudah memimpin jauh sebelum Aston Villa bangkit. Maresca juga menyoroti rapuhnya timnya ketika keunggulan terancam.
“Pada saat kami kebobolan gol pertama, kami seharusnya sudah mencetak dua atau tiga gol. Setelah itu, pertandingan benar-benar berubah. Kami sering masuk ke area sayap, sering berhadapan satu lawan satu. Namun di sepertiga akhir, secara umum kami harus bisa lebih baik,” kata Maresca.
Ia melanjutkan, “Gol pertama yang kami kebobolan adalah titik balik. Ini bukan pertama kalinya terjadi. Bahkan saat kami unggul lalu kebobolan, kami sedikit kesulitan mengelola pertandingan. Ini sesuatu yang jelas harus kami perbaiki.”
Chelsea kembali gagal menunjukkan kedewasaan dan efisiensi, baik saat menyerang maupun bertahan. Lima kartu kuning yang diterima pemain Chelsea, termasuk untuk Liam Delap hanya dua menit setelah masuk lapangan, semakin mempertegas hilangnya kontrol emosi dan situasi di akhir pertandingan.






