Nasional

Mahasiswi UNIMA Tewas Gantung Diri di Tomohon, Diduga Depresi Akibat Pelecehan Dosen

TOMOHON – Seorang mahasiswi Universitas Negeri Manado (UNIMA) di Minahasa, Sulawesi Utara, ditemukan tewas gantung diri di kamar kos Kaaten, Kelurahan Matani Satu, Kota Tomohon. Insiden tragis yang terjadi pada Rabu, 31 Desember 2025 ini menjadi viral setelah sebuah surat yang diduga ditulis korban sebelum meninggal dunia terungkap ke publik.

Surat tersebut mengindikasikan bahwa korban diduga mengalami depresi berat akibat pelecehan yang dilakukan oleh seorang dosen di kampusnya. Dalam surat pernyataan itu, korban secara spesifik menujukan laporannya kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP) UNIMA, Dr. Aldjon Dapa, M.Pd.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Terduga pelaku pelecehan diidentifikasi dengan inisial DM, yang merupakan seorang dosen di fakultas yang sama dengan korban. Mahasiswi semester akhir tersebut merinci kronologi kejadian yang diduga dilakukan oleh DM, yang menurutnya berdampak signifikan terhadap kondisi psikologisnya.

Korban menuliskan bahwa insiden pelecehan terjadi di dalam lingkup kampus FIPP, tempat ia menempuh pendidikan. Dampak yang dirasakannya sangat mendalam, memicu trauma dan ketakutan yang berkelanjutan.

“Kejadian tersebut masih dalam lingkup kampus FIPP. Dampak yang saya rasakan adalah trauma dan ketakutan. Setiap bertemu DM, saya merasa malu jika ada mahasiswa yang melihat saya naik atau turun dari mobilnya karena bisa menjadi bahan pembicaraan. Saya merasa tertekan dengan masalah ini,” demikian kutipan dari surat pernyataan yang ditulis korban.

Di akhir suratnya, korban dengan jelas menyampaikan permohonan agar pimpinan fakultas dapat menangani permasalahan yang dihadapinya. “Saya memohon agar pihak pimpinan dapat menangani masalah ini,” bunyi permintaan korban.

Kasus ini dengan cepat menyebar di media sosial, memicu desakan kuat dari netizen agar pihak kampus segera mengusut tuntas dugaan pelecehan tersebut. Publik menyoroti fakta bahwa korban sempat melaporkan kasus ini kepada dosen pembimbing akademiknya, namun laporan tersebut tidak mendapatkan tanggapan serius.

“Seharusnya kampus itu jadi rumah aman untuk mahasiswa dan sivitasnya, jangan jadi tempat yang kelam. Jangan biasakan menutupi kasus dengan alasan menjaga nama baik,” tulis salah satu netizen, mencerminkan sentimen publik yang menuntut transparansi dan keadilan dari pihak universitas.

Mureks