Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengakui bahwa upaya pengendalian hujan melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di puncak musim hujan merupakan langkah yang “menentang alam”. Meski demikian, kebijakan ini dinilai krusial untuk mencegah bencana banjir di wilayah Sumatera dan Aceh.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa Indonesia saat ini berada pada puncak musim hujan. Intervensi cuaca dalam kondisi seperti ini menjadi langkah yang tidak lazim secara alamiah.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
“Yang perlu kita pahami saat ini kita dalam puncak musim hujan. Nah pada saat puncak musim hujan ini, hal yang kita lakukan sebenarnya sedikit mungkin agak menentang alam. Karena kita mau menghilangkan hujan pada puncak musim hujan,” kata Abdul saat konferensi pers di Graha BNPB, Matraman, Jakarta Timur, Selasa (30/12/2025).
Ia menegaskan bahwa OMC harus tetap dilakukan mengingat potensi dampak yang besar jika tidak ada intervensi. “Tapi ini harus kita lakukan, karena kita tahu bahwa ada satu daerah yang mungkin miss dalam track OMC kita saja, tiba-tiba 3 kabupaten di Aceh, Bireuen, Pidie, kemudian Aceh Tengah itu air sungai sudah kembali meluap,” lanjutnya.
Abdul Muhari tidak menampik bahwa operasi modifikasi cuaca membutuhkan biaya yang besar. Namun, langkah ini tetap diperlukan hingga kondisi lingkungan dinilai lebih aman dan siap menghadapi curah hujan tinggi.
“Tentu saja operasi modifikasi itu bukan operasi yang secara ekonomi itu murah, tetapi ini harus kita lakukan dulu. Sampai nanti kita benar-benar bisa memastikan di titik-titik yang seperti tadi kami perlihatkan ada pendangkalan, ada tumpukan sampah di jembatan-jembatan existing yang masih bisa digunakan,” jelas Abdul.
Ia menambahkan, “Ini bisa kita pastikan itu lancar baru nanti mungkin proporsi modifikasi cuaca kita kurangi.”
Menurut Abdul, banjir yang terjadi belakangan ini tidak semata-mata disebabkan oleh cuaca ekstrem. Hujan dengan intensitas sedang pun dapat memicu genangan akibat keterbatasan daya tampung lingkungan.
“Sebenarnya ini bukan masalah apakah cuacanya ekstrem atau tidak, bahkan hujan intensitas sedang pun itu bisa bikin banjir saat ini, karena keterbatasan daya tampung dari seluruh air tersebut,” ungkap Abdul.
Ia kembali menekankan, “Jadi ini yang terus kita coba antisipasi. Sekali lagi secara kodratnya, sebenarnya kita agak menentang alam. Karena kita berusaha untuk tidak ada hujan pada saat puncak musim hujan.”
Abdul Muhari juga memaparkan hasil dari operasi yang telah berjalan. Selama lebih dari satu bulan terakhir, proporsi hari tanpa hujan justru lebih banyak dibandingkan hari hujan di wilayah operasi.
“Berarti yang kita lakukan dalam 32 hari, 33 hari dengan hari ini. Itu proporsi hari tanpa hujan di 3 provinsi ini, di puncak musim hujan ini itu jauh lebih banyak ketimbang hari dengan hujan,” tuturnya.
BNPB memastikan bahwa operasi modifikasi cuaca akan terus dilakukan secara optimal. Hal ini akan berlanjut hingga sistem drainase utama dinilai mampu menampung debit air pada kondisi normal puncak musim hujan.
“Jadi yakin operasi ini masih terus optimal dan masih akan terus kita lakukan. Paling tidak sampai kita bisa memastikan drainase-drainase primer ini, seluruh air utama ini, bisa menampung kondisi-kondisi normal pada puncak musim hujan,” pungkas dia.






