Tren

Mahasiswa UMKU Ciptakan Insinerator Murah, Solusi Darurat Sampah di Kudus

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muria Kudus (UMKU) berhasil mengembangkan sebuah insinerator sederhana berbiaya rendah sebagai solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan sampah di Desa Karangbener, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Alat pembakar sampah tersebut diresmikan pengoperasiannya di kompleks Balai Desa Karangbener pada Senin (29/12) kemarin. Peresmian ini dihadiri langsung oleh Bupati Kudus Sam’ani Intakoris, Rektor UMKU Edy Soesanto, Kepala Desa Karangbener Arifin, serta Anggota DPRD Kudus Sandung Hidayat.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Koordinator KKN UMKU di Desa Karangbener, Muhammad Maulana Sabarudin, menjelaskan bahwa insinerator ini dirancang khusus untuk menangani sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis. “Alat ini ditujukan untuk membakar sampah yang tidak bernilai jual, seperti kertas, dedaunan, serta ranting pohon,” ujarnya.

Maulana menambahkan, sisa pembakaran berupa abu juga dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan pupuk organik. Dengan demikian, alat ini tidak hanya menyelesaikan masalah sampah, tetapi juga memberikan manfaat lanjutan bagi masyarakat setempat.

Meskipun mengakui bahwa insinerator buatan mahasiswa KKN tersebut masih sederhana dan belum sempurna, Maulana berharap alat ini dapat menjadi solusi sementara. “Alat ini diharapkan dapat menjadi solusi sementara di tengah keterbatasan daya tampung tempat pembuangan akhir (TPA) Tanjungrejo yang saat ini mengalami kelebihan volume sampah,” jelasnya.

Insinerator ini dibangun dengan biaya yang relatif terjangkau, yakni sekitar Rp2 juta. Material utama yang digunakan adalah bata hebel atau bata ringan untuk struktur, sementara penutup ruang pembakaran dan instalasi lainnya memanfaatkan seng dan besi bekas bangunan.

Bupati Kudus Sam’ani Intakoris menyampaikan apresiasinya terhadap inovasi mahasiswa UMKU yang telah menghadirkan solusi konkret bagi persoalan sampah di desa. “Kami berharap permasalahan sampah di desa dapat dikelola dengan baik. Mahasiswa juga kami harapkan terus mendampingi masyarakat melalui sosialisasi pentingnya memilah sampah,” kata Sam’ani.

Menurut Bupati, sampah nonorganik dapat tetap dibuang ke TPA, sedangkan sampah organik bisa diolah menjadi pupuk organik melalui kerja sama dengan PT Djarum. Sementara itu, sampah dedaunan, kertas, dan jenis sampah lain yang tidak bermanfaat dapat dibakar menggunakan insinerator sederhana ini.

Kepala Desa Karangbener Arifin juga mengapresiasi inovasi mahasiswa KKN UMKU. Ia menyebut keberadaan insinerator ini sangat membantu pengelolaan sampah, khususnya sampah dari kegiatan pertemuan desa yang tidak dapat dimanfaatkan kembali.

“Selama ini pengelolaan sampah di desa sudah cukup tertata, namun kami masih menghadapi kendala rendahnya kesadaran warga dalam memilah sampah,” ungkap Arifin. Ia menekankan pentingnya edukasi berkelanjutan kepada masyarakat serta dukungan penyediaan bak sampah terpilah agar warga terbiasa memisahkan sampah organik dan nonorganik sejak dari rumah.

Mureks