Perkembangan pesat media digital telah melahirkan sebuah fenomena yang dikenal sebagai budaya viral, sebuah dinamika yang secara fundamental mengubah cara masyarakat merespons berbagai peristiwa sosial. Ironisnya, banyak kejadian di sekitar kita kini tidak lagi dipandang dari dimensi kemanusiaan, melainkan dari potensi popularitas yang dapat diraih di platform media sosial. Dalam konteks budaya ini, empati sering kali tergeser oleh hasrat untuk mendapatkan perhatian.
Sensasi Menggantikan Kepedulian
Fenomena ini kian nyata terlihat ketika peristiwa-peristiwa tragis justru direkam dan disebarluaskan secara masif, sering kali tanpa mempertimbangkan dampak psikologis dan emosional terhadap para korban. Alih-alih mengulurkan tangan untuk memberikan pertolongan, sebagian individu justru lebih memilih mengabadikan momen tersebut demi menciptakan konten yang berpotensi viral. Tindakan semacam ini secara jelas menunjukkan adanya pergeseran nilai yang signifikan, di mana sensasi dan popularitas ditempatkan di atas kepedulian kemanusiaan.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Budaya viral juga secara tidak langsung mendorong masyarakat untuk memberikan penilaian secara instan dan terburu-buru. Tanpa upaya untuk memahami konteks atau latar belakang suatu kejadian, individu atau kelompok dapat dengan sangat mudah dihakimi oleh opini publik yang terbentuk di ruang digital. Tekanan sosial yang masif akibat viralitas ini sering kali berujung pada praktik perundungan digital (cyberbullying) yang merusak, serta menimbulkan dampak psikologis yang serius bagi korbannya.
Urgensi Etika Digital dan Empati Sosial
Lunturnya empati sosial dalam ekosistem digital tidak dapat dilepaskan dari minimnya kesadaran akan etika digital. Meskipun media sosial sejatinya memiliki potensi besar sebagai alat untuk membangun solidaritas dan menyuarakan advokasi, namun tanpa disertai rasa tanggung jawab, platform ini justru berpotensi memperkuat sikap apatis di tengah masyarakat. Algoritma media sosial yang cenderung mengutamakan interaksi tinggi dan konten yang memicu emosi juga turut memperparah kondisi ini.
Oleh karena itu, penting bagi budaya viral untuk diimbangi dengan kesadaran moral yang kuat. Masyarakat perlu kembali menempatkan nilai empati sebagai fondasi utama dalam setiap interaksi, baik di ruang digital maupun dalam kehidupan nyata. Tanpa landasan empati, kemajuan teknologi yang begitu pesat justru berisiko menjauhkan manusia dari esensi kemanusiaannya sendiri.






