Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) menyatakan mengikuti dengan seksama perkembangan situasi di Yaman, menyusul eskalasi permusuhan terbaru di negara tersebut. Pemerintah Indonesia menyoroti khususnya kondisi di wilayah Hadramout dan Al-Mahra.
Melalui akun resminya di X, @Kemlu_RI, pada Sabtu (27/12), Kemlu RI menyampaikan keprihatinan mendalam. “Indonesia mengikuti dengan seksama perkembangan situasi di Republik Yaman, termasuk di Hadramout dan Al-Mahra,” demikian keterangan Kemlu.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Peningkatan ketegangan ini dikhawatirkan berpotensi memperburuk kondisi keamanan dan menambah penderitaan rakyat Yaman yang telah berlangsung lama.
Eskalasi Akibat Pergerakan Militer Sepihak
Eskalasi ketegangan tersebut dipicu oleh pergerakan militer sepihak yang dilakukan oleh organisasi politik Dewan Transisi Selatan (Southern Transitional Council/STC) Yaman. STC dilaporkan telah mencapai kemajuan teritorial di kegubernuran timur Hadhramaut dan Al-Mahrah.
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh STC tersebut secara signifikan meningkatkan ketegangan dan mengancam lingkungan keamanan di Yaman.
Penarikan Pasukan Saudi dari Aden
Di tengah situasi tersebut, sejumlah kantor berita mewartakan bahwa pasukan Arab Saudi telah meninggalkan kota Aden di Yaman selatan. Pasukan Saudi juga dilaporkan menarik diri dari markas besar koalisi Arab yang telah mendukung otoritas Yaman yang diakui secara internasional sejak tahun 2015.
Penarikan pasukan itu terjadi di tengah perebutan provinsi-provinsi timur oleh kelompok separatis. Sebuah sumber dari pemerintahan kota Aden, yang dikutip oleh RIA Novosti, menjelaskan proses penarikan tersebut.
“Truk-truk besar mengangkut peralatan-peralatan terakhir milik tentara Saudi dari markas komando koalisi di Kota Al-Shaab, sebelah barat Aden, menuju provinsi Hadhramaut, yang memiliki perbatasan darat dengan kerajaan tersebut,” kata sumber tersebut.
