Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menyalurkan bantuan lanjutan untuk warga yang terdampak banjir dan longsor di sejumlah wilayah Sumatra, khususnya Aceh. Penyaluran bantuan difokuskan pada daerah paling parah terdampak, yaitu Aceh Tamiang, Kota Langsa, dan Aceh Timur, melalui Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh.
Bantuan Kebutuhan Dasar dan Dukungan Logistik
Bantuan yang diberikan mencakup kebutuhan dasar, bahan pangan, perlengkapan sanitasi, serta dukungan logistik lain yang sangat dibutuhkan oleh para pengungsi. Penyerahan bantuan ini dilakukan langsung oleh Kepala BPK Wilayah I, Piet Rusdi, kepada perwakilan pemerintah daerah dan unsur penanganan bencana setempat. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meringankan beban warga dan mempercepat penanganan bencana.
Aksi Solidaritas Kebudayaan untuk Mahasiswa Terdampak
Selain penyaluran logistik, BPK Wilayah I juga menginisiasi program khusus bertajuk “Aksi Solidaritas Kebudayaan untuk Aceh”. Program ini dirancang untuk memberikan dukungan kepada masyarakat terdampak, terutama mahasiswa Aceh yang sedang menempuh pendidikan di Banda Aceh. Pendekatan pemulihan psikososial melalui seni dan budaya menjadi fokus utama, mengingat kekuatan budaya dalam memperkuat ketangguhan masyarakat di masa krisis.
Kepala BPK Wilayah I, Piet Rusdi, menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi mahasiswa pascabencana. “Melihat besarnya dampak dari bencana ini, terutama yang terjadi di Aceh, respon cepat yang dapat kami pikirkan adalah bagaimana nasib adik-adik mahasiswa yang saat ini sedang berkuliah di Banda Aceh. Komunikasi mereka dengan orang tua di kampung halaman yang terdampak bencana pasti sudah putus, begitu juga kiriman dana yang biasa mereka terima,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (10/12/2025).
Rusdi menambahkan bahwa gerak cepat mahasiswa dalam menggalang donasi menjadi inspirasi bagi BPK Wilayah I untuk terlibat langsung melalui pendekatan budaya. “Kami melihat bagaimana mereka sangat cepat tanggap dalam mengumpulkan donasi dan menyalurkannya. Inilah yang menjadi pendorong kami untuk membantu para mahasiswa, juga memberi ruang bagi mereka untuk melakukan aksi seni bercorak tradisi sambil mengumpulkan donasi,” jelasnya.
Kolaborasi Lintas Daerah dan Pendekatan Budaya
Bencana yang terjadi pada 26 November 2025 ini menimbulkan dampak luas, baik secara material maupun psikologis. Banyak mahasiswa asal berbagai kabupaten/kota di Aceh dilaporkan kesulitan berkomunikasi dengan keluarga dan tidak menerima kiriman dana hampir satu minggu pascabencana. Menanggapi kondisi tersebut, BPK Wilayah I bersama perwakilan 17 Himpunan Mahasiswa/Paguyuban dari kabupaten/kota terdampak menggagas aksi solidaritas berbasis budaya untuk memberikan dukungan moral, sosial, dan edukatif.
Adapun 17 Himpunan Mahasiswa/Paguyuban yang terlibat dalam aksi solidaritas ini berasal dari Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Aceh Timur, Kota Langsa, Aceh Tamiang, Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Singkil, dan Kota Subulussalam.
“Sambutan baik dari para mahasiswa untuk kolaborasi ini menunjukkan bahwa kebudayaan masih menjadi salah satu cara menghadapi masa krisis. Bersama-sama, bergotong royong,” pungkas Rusdi, menekankan antusiasme mahasiswa dalam kolaborasi ini.
Melalui kolaborasi lintas daerah dan pendekatan kebudayaan ini, Kementerian Kebudayaan berharap pemulihan pascabencana dapat berjalan lebih efektif, tidak hanya pada aspek fisik, tetapi juga pemulihan psikososial dan penguatan kohesi sosial masyarakat Aceh.






