Nasional

Jejak Air Tersembunyi di Balik Pesatnya AI: Data Center Diprediksi Sedot Ribuan Miliar Liter Air pada 2028

Perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi pendorong utama ekspansi pusat data (data center) di berbagai penjuru dunia. Infrastruktur digital ini, yang menjadi tulang punggung layanan komputasi awan hingga pengembangan model AI berskala besar, ternyata menyimpan jejak lingkungan yang jarang terungkap ke publik: konsumsi air bersih dalam jumlah masif.

Infrastruktur Digital dan Konsumsi Air yang Tak Terlihat

Sebagian besar pusat data modern memerlukan sistem pendinginan intensif agar server dapat beroperasi secara stabil dan efisien. Selain metode pendinginan berbasis udara, banyak fasilitas mengadopsi sistem water-based cooling atau liquid cooling. Teknologi ini memanfaatkan air dalam jumlah besar untuk menyerap panas yang dihasilkan oleh perangkat keras, sebuah praktik yang efisien secara teknis namun menimbulkan pertanyaan serius tentang keberlanjutan sumber daya air di tengah ancaman krisis iklim global.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Konsumsi Air Data Center Diprediksi Melonjak Tajam

Laporan dari Morgan Stanley memproyeksikan bahwa konsumsi air tahunan data center yang menopang teknologi AI dapat menembus angka lebih dari 1.000 miliar liter pada tahun 2028. Angka ini menunjukkan peningkatan tajam seiring dengan lonjakan kebutuhan komputasi dan ekspansi layanan berbasis AI di seluruh dunia. Sementara itu, berbagai studi yang dirujuk oleh lembaga riset lingkungan mengindikasikan bahwa konsumsi air global terkait operasi data center pada pertengahan dekade ini telah mencapai kisaran ratusan miliar liter per tahun.

Penting untuk dicatat bahwa angka-angka tersebut tidak serta-merta berarti seluruh air “habis” digunakan, mengingat sebagian besar berada dalam sistem daur ulang. Namun, dalam praktiknya, kehilangan air melalui evaporasi dan pelepasan ke lingkungan tetap menjadi keniscayaan, terutama di wilayah dengan iklim panas dan kering yang mempercepat proses penguapan.

Ketika Data Center Bersinggungan dengan Krisis Air Lokal

Beberapa negara telah merasakan langsung dampak ekspansi data center terhadap pengelolaan sumber daya air. Di Uruguay, rencana pembangunan pusat data oleh sebuah perusahaan teknologi global sempat memicu gelombang kritik publik. Hal ini terjadi karena proyek tersebut bertepatan dengan periode kekeringan parah yang telah membatasi akses air bersih bagi warga.

Situasi serupa juga dilaporkan terjadi di sejumlah wilayah di Amerika Serikat dan Australia. Di sana, pemerintah lokal mulai meninjau ulang izin pembangunan data center akibat kekhawatiran serius terhadap kapasitas pasokan air jangka panjang di daerah mereka. Profesor Tim Fletcher dari University of Melbourne menyoroti kompleksitas isu ini.

“Pusat data adalah infrastruktur penting, tetapi penggunaannya terhadap air harus dipertimbangkan secara serius, terutama di daerah yang sudah berada di bawah tekanan sumber daya,” ujar Fletcher dalam sebuah wawancara mengenai dampak lingkungan infrastruktur digital.

Kasus-kasus tersebut menggarisbawahi bahwa transformasi digital tidak dapat berdiri di ruang hampa. Sebaliknya, ia bersinggungan langsung dengan kondisi ekologis dan kebutuhan dasar masyarakat lokal, menuntut pendekatan yang lebih holistik.

Inovasi dan Efisiensi Pendinginan di Industri

Dari sisi industri, sejumlah perusahaan teknologi telah mengakui tantangan ini dan mulai mengembangkan pendekatan yang lebih efisien dalam penggunaan air. Beberapa operator data center, misalnya, mengadopsi sistem closed-loop cooling. Sistem ini memungkinkan air digunakan kembali dalam sirkulasi tertutup, yang secara signifikan meminimalkan konsumsi air segar.

Equinix, salah satu operator data center global terkemuka, dalam laporan keberlanjutannya secara eksplisit menyatakan bahwa efisiensi penggunaan air merupakan salah satu indikator utama operasional mereka. “Kami berupaya mengurangi ketergantungan pada air bersih dengan meningkatkan efisiensi pendinginan dan transparansi pelaporan penggunaan air,” tulis perusahaan tersebut dalam pernyataan resminya.

Meskipun demikian, para pengamat menilai bahwa inovasi teknis saja tidak akan cukup. Diperlukan juga regulasi yang memadai dan keterbukaan data yang transparan dari pihak industri untuk memastikan dampak positif yang berkelanjutan.

Menuju Pendekatan Proporsional dan Berkelanjutan

Penting untuk menempatkan isu konsumsi air oleh data center ini secara proporsional. Tidak semua pusat data menggunakan air dalam jumlah yang sama, dan tidak semua berlokasi di wilayah yang rawan krisis air. Beberapa fasilitas bahkan mengklaim telah menggunakan air non-potabel atau air daur ulang sebagai bagian dari strategi keberlanjutan mereka.

Namun, minimnya standar pelaporan global yang seragam membuat publik dan pemangku kepentingan sulit menilai sejauh mana klaim tersebut benar-benar berdampak positif. Dalam konteks ini, isu konsumsi air oleh AI bukan bertujuan untuk menciptakan kepanikan, melainkan untuk mendorong diskusi yang lebih terbuka dan berbasis data mengenai dampak lingkungan dari teknologi digital.

Ke depan, ekspansi AI yang membawa banyak manfaat juga menuntut kehati-hatian dalam pengelolaan sumber daya alam. Air bersih adalah kebutuhan dasar yang tidak tergantikan, dan penggunaannya untuk kepentingan teknologi perlu diimbangi dengan kepentingan sosial yang lebih luas.

Pemerintah dan pelaku industri dapat mempertimbangkan beberapa langkah konkret, antara lain:

  • Kewajiban pelaporan penggunaan air secara transparan oleh setiap data center.
  • Pemberian insentif bagi pengembangan dan penerapan teknologi pendinginan yang lebih hemat sumber daya.
  • Integrasi perencanaan infrastruktur digital dengan kebijakan lingkungan yang komprehensif.

Pada akhirnya, keberhasilan AI tidak hanya diukur dari kecanggihan algoritmanya, tetapi juga dari kemampuannya untuk tumbuh selaras dengan keberlanjutan lingkungan dan kebutuhan fundamental manusia. Dalam refleksi inilah, jejak air di balik perkembangan AI menjadi cerminan penting bagi masa depan transformasi digital yang bertanggung jawab.

Mureks