Keuangan

Ibrahim Assuaibi: Harga Emas Diprediksi Sentuh Rp 2,7 Juta per Gram Jelang Pergantian Tahun 2026

Penguatan harga emas diprediksi akan terus berlanjut menjelang pergantian tahun 2026. Logam mulia ini bahkan berpotensi mendekati level Rp 2,7 juta per gram hingga 31 Desember 2025.

Prediksi ini disampaikan oleh Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi. Ia memperkirakan, dalam tiga hari kerja terakhir tahun 2025, yakni Senin (29/12) hingga Rabu (31/12), harga emas akan bergerak menguat di kisaran Rp 2,6 jutaan dan menyentuh Rp 2,7 jutaan.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

“Kemungkinan besar sampai akhir tahun harga logam mulia akan menyentuh level Rp 2,7 juta atau mendekati Rp 2,7 juta,” ujar Ibrahim dalam keterangannya kepada wartawan pada Minggu (28/12/2025).

Ibrahim menambahkan, sekalipun terjadi sentimen negatif yang memicu penurunan, nilai emas diperkirakan tidak akan anjlok signifikan. Dalam prediksinya, harga emas akan tetap berada di rentang Rp 2,57 juta hingga Rp 2,6 juta.

Dua Faktor Pendorong Penguatan Emas

Menurut Ibrahim, ada dua faktor utama yang menjadi pendorong kuatnya harga emas menjelang Tahun Baru. Pertama, konflik geopolitik yang masih memanas.

Ibrahim menyoroti potensi dua konflik yang dapat dipicu oleh Amerika Serikat (AS), yaitu dengan Nigeria dan Venezuela. Kedua negara ini merupakan penghasil minyak. Jika konflik pecah, investor cenderung mencari instrumen safe haven seperti emas.

Faktor kedua adalah pelemahan nilai tukar Dolar AS. Ibrahim memprediksi Dolar akan kurang bertenaga hingga akhir tahun ini.

“Ada 2 faktor yang mempengaruhi, itu adalah faktor geopolitik, yang kedua adalah pelemahan indeks dolar,” jelas Ibrahim.

Dolar AS Diprediksi Melemah

Berbeda dengan emas, nilai tukar Dolar AS justru diproyeksikan mengalami pelemahan jelang tahun baru 2026.

Dalam tiga hari kerja terakhir tahun 2025, indeks Dolar diprediksi melemah hingga menyentuh level terendah US$ 97,57. Sementara itu, bila dilihat nilai tukarnya terhadap Rupiah, Dolar diperkirakan akan bergerak di level Rp 16.740 – Rp 16.820.

Data terakhir menunjukkan, Dolar AS sempat mengalami pelemahan ke level Rp 16.700-an pada Rabu pekan lalu (24/12), sehari sebelum libur panjang Natal.

“Untuk indeks dolar kemungkinan melemah di akhir tahun hari Senin sampai hari Rabu kemungkinan besar supportnya 97,579. Kemudian resistennya di 98,398,” papar Ibrahim.

Pelemahan indeks Dolar ini didorong oleh data perekonomian AS yang terus melemah, terutama inflasi yang semakin rendah. Kondisi ini berpotensi memicu Bank Sentral AS (The Fed) untuk menurunkan suku bunga, yang pada gilirannya akan membuat Dolar AS kurang menarik sebagai instrumen investasi.

“Ini indikasi bahwa di awal-awal tahun 2026 ada kemungkinan besar Bank Sentral Amerika akan kembali menurunkan sebuah bunga, walaupun sebelumnya Powell sendiri mengatakan bahwa di tahun 2026 kemungkinan hanya menurunkan sebuah bunga satu kali,” ungkap Ibrahim.

Selain itu, Ibrahim juga menyebutkan kemungkinan pergantian pimpinan Bank Sentral AS pada April mendatang. Pergantian ini berpotensi membuat The Fed mengikuti keinginan Presiden Donald Trump untuk mempertahankan suku bunga rendah demi menggenjot perekonomian.

“Bulan April akan ada pergantian Ketua The Fed ya. Kemungkinan besar akan mengikuti gerak langkah yang diinginkan oleh Trump. Nah sehingga pasar optimis bahwa Bank Sentral Amerika kemungkinan besar masih akan menurunkan sebuah bunga di awal-awal tahun 2026,” pungkas Ibrahim.

Mureks