Keuangan

HIMKI Desak Pemerintah Pastikan Kebijakan Jaga Industri Mebel di Tengah Peluang Pasar Timur Tengah

Peluang ekspor ke kawasan Timur Tengah pada tahun 2026 menjadi harapan baru bagi industri mebel dan kerajinan nasional. Namun, potensi besar ini terancam tidak optimal jika tidak didukung oleh kepastian dan keberlanjutan kebijakan dari pemerintah.

Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, menyatakan bahwa tahun 2026 membuka prospek pertumbuhan yang lebih luas bagi sektor ini, seiring dengan pergeseran dinamika perdagangan global. Menurut Sobur, kawasan Timur Tengah muncul sebagai sumber permintaan baru yang signifikan.

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Proyek Megah di Timur Tengah Dorong Permintaan Furnitur

Sobur menjelaskan, proyek-proyek pembangunan berskala besar di Arab Saudi, seperti Kota NEOM, The Line, dan Red Sea Project, serta pengembangan properti, hotel, dan kawasan serbaguna di Dubai, Abu Dhabi (Uni Emirat Arab), dan Qatar, akan menciptakan kebutuhan besar. “Ini menciptakan kebutuhan signifikan terhadap furnitur, interior, dan produk kayu bernilai tambah,” ujar Sobur dalam keterangan persnya pada Senin (29/12/2025).

Selain itu, peluang ekspor pada tahun 2026 juga diperkuat oleh sejumlah perjanjian perdagangan yang telah disepakati secara substansi namun masih menunggu proses ratifikasi. Perjanjian-perjanjian tersebut meliputi Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA), serta Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (Indonesia-EAEU FTA/Eurasia).

Percepatan ratifikasi perjanjian-perjanjian ini dianggap krusial. Langkah tersebut diharapkan dapat membuka akses pasar baru, mengurangi hambatan tarif, dan memperkuat posisi produk furnitur serta kerajinan Indonesia di pasar Eropa, Amerika Utara, dan kawasan Eurasia.

Industri Mebel: Penopang Jutaan Tenaga Kerja di Pedesaan

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Sobur menekankan bahwa kekuatan ekonomi nasional tidak hanya diukur dari laju pertumbuhan. Lebih dari itu, kekuatan ekonomi juga tercermin dari kemampuan negara untuk menjaga jutaan warganya tetap bekerja dan hidup bermartabat.

Industri furnitur dan kerajinan, lanjut Sobur, banyak berkembang di luar pusat kota besar, bahkan menjadi tulang punggung ekonomi di desa-desa, serta menyerap jutaan tenaga kerja. Ia menggambarkan bahwa di balik setiap produk mebel dan kerajinan, terdapat rantai panjang penghidupan yang melibatkan perajin, pekerja produksi, hingga komunitas lokal yang menggantungkan masa depan pada keberlanjutan industri padat karya ini.

“Menutup 2025, kita belajar bahwa kekuatan ekonomi nasional bukan hanya angka. Ia tercermin dari kemampuan negara menjaga masyarakat tetap bekerja, berdaya, dan bermartabat,” pungkas Sobur.

Mureks