Keuangan

Harga Perak Melonjak 143 Persen Sepanjang 2025, Cetak Rekor Tertinggi Dipicu Defisit dan Industri

Harga perak mencatatkan lonjakan luar biasa sepanjang tahun 2025, menjadi salah satu fenomena paling menonjol di pasar komoditas logam mulia. Sejak awal tahun hingga Sabtu (27/12/2025), komoditas ini bergerak dari reli bertahap menuju akselerasi tajam menjelang akhir tahun, bahkan menembus rekor demi rekor di pasar internasional.

Pada Jumat (26/12/2025), Reuters melaporkan bahwa harga perak sempat menyentuh rekor tertinggi di sekitar 78,53 dollar AS per troy ounce. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 9 persen hanya dalam satu hari, dengan latar belakang defisit pasar dan permintaan industri yang terus menguat.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Pergerakan harga perak pada 2025 tidak berdiri sendiri, melainkan menempel pada perubahan besar di lanskap global. Transisi energi yang meningkatkan kebutuhan perak sebagai material industri, dinamika kebijakan suku bunga Amerika Serikat, pergeseran arus investasi logam mulia, hingga faktor pasokan yang relatif “kaku” karena perak banyak diproduksi sebagai produk samping penambangan logam lain, turut menjadi pemicu.

Faktor Pendorong Kenaikan Harga Perak Sepanjang 2025

1. Defisit Pasokan yang “Menahun” Menjadi Fondasi Reli Harga Perak

Salah satu benang merah yang konsisten muncul sejak awal 2025 adalah narasi defisit pasokan. Pada 29 Januari 2025, Silver Institute menyatakan bahwa pasar perak diproyeksikan kembali mengalami defisit signifikan, menandai defisit untuk tahun kelima berturut-turut.

Dalam rilisnya, lembaga tersebut menekankan bahwa permintaan industri diperkirakan tetap menjadi penggerak utama kondisi permintaan dan penawaran yang ketat. Gambaran defisit itu kemudian berulang dan terus menekan pasokan.

Menurut warta Reuters pada 5 Juni 2025, harga perak menembus 35 dollar AS per ounce, yang kala itu menjadi level tertinggi dalam lebih dari 13 tahun. Reli harga perak saat itu ditopang oleh permintaan industri dan defisit pasokan yang persisten.

Kondisi defisit membuat pasar perak sensitif terhadap perubahan kecil di sisi permintaan maupun pasokan. Ketika permintaan meningkat, baik dari industri maupun investasi, pasokan tidak mudah mengejar. Di titik ini, defisit bertindak seperti “lantai” yang membuat harga lebih mudah terdorong naik saat ada katalis tambahan.

2. Perak Makin “Industri”: Solar, Elektrifikasi, hingga Pusat Data

Berbeda dengan emas yang dominan sebagai aset lindung nilai, perak memikul dua identitas, yakni sebagai logam mulia dan logam industri. Pada tahun 2025, peran industri perak terlihat makin kuat, terutama terkait rantai pasok energi baru dan elektrifikasi.

Reuters, dalam laporan 27 November 2025, menyoroti bagaimana ekspansi kapasitas surya global dapat meningkatkan kebutuhan perak secara signifikan. Penambahan kapasitas surya global dan target instalasi beberapa tahun ke depan memberi implikasi besar terhadap konsumsi perak, dengan estimasi tambahan permintaan yang signifikan menuju 2030. Reuters juga merujuk ekspektasi International Energy Agency (IEA) terkait masifnya pemasangan kapasitas surya periode 2024–2030.

Lonjakan harga perak juga ikut ditopang kebutuhan industri lainnya, mulai dari kendaraan listrik, energi terbarukan, hingga pengembangan pusat data yang terus berkembang pesat.

Mureks