Harga emas dunia dan domestik diproyeksikan masih berpeluang menguat hingga akhir tahun 2025. Sejumlah analis memperkirakan harga logam mulia ini dapat menembus level Rp 2,7 juta per gram di pasar domestik, didorong oleh sentimen geopolitik dan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, The Fed.
Berdasarkan data Reuters pada Rabu (24/12) kemarin, harga emas dunia sempat menyentuh US$ 4.525,18 per troy ons sebelum kemudian turun 0,2% menjadi US$ 4.479,38 per troy ons pada pukul 18.57 GMT. Sementara itu, di pasar domestik, harga emas Logam Mulia Antam pada Kamis (25/12) mengalami penurunan Rp 14.000 per gram menjadi Rp 2.576.000 per gram, dari sebelumnya Rp 2.590.000 per gram pada Rabu (24/12).
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Proyeksi Akhir Tahun: Aktivitas Terbatas, Potensi Volatilitas
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa harga emas hingga akhir tahun masih berpeluang naik. Namun, ia mengingatkan bahwa pergerakan harga akan terbatas mengingat minimnya aktivitas investor dan pengumuman data ekonomi di penghujung tahun.
“Tidak banyak aktivitas di akhir tahun, traders umumnya menikmati liburan, dan absennya data-data ekonomi penting, emas diperkirakan akan bertahan dalam kisaran US$ 4.400-US$ 4.500. Walau demikian emas bisa juga volatile oleh rendahnya volume transaksi,” ungkap Lukman kepada detikcom, Kamis (25/12/2025).
Lukman menilai, harga emas dunia dapat bertahan di kisaran level US$ 4.400 hingga US$ 4.500 per troy ons. Pergerakan harga emas hingga akhir tahun juga dapat bergerak tidak stabil akibat rendahnya volume transaksi.
Pelonggaran Moneter The Fed dan Tensi Geopolitik Jadi Pendorong
Dihubungi secara terpisah, Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin, menjelaskan bahwa pergerakan harga emas masih sangat dipengaruhi sentimen pelonggaran moneter The Fed yang diperkirakan berlangsung tahun depan. Kondisi ini mendorong peningkatan permintaan safe haven, seiring dengan meningkatnya tensi geopolitik di Eropa Timur (Rusia-Ukraina) dan AS-Venezuela.
Nanang mencatat, harga emas dunia secara tahunan telah menguat lebih dari 70%, menjadikannya kenaikan terbesar sejak tahun 1979. Kenaikan ini turut mendorong fase baru emas domestik di atas Rp 2,5 juta per gram.
“Ekspektasi pemangkasan suku bunga AS membuat biaya memegang emas yang tidak berbunga menjadi lebih rendah dan menarik. Pelemahan dolar AS akibat sentimen dovish The Fed turut menopang emas. Selain karena faktor geopolitik, kekhawatiran fiskal, utang global, dan volatilitas pasar modal turut mendorong aliran ke emas,” jelas Nanang.
Ia juga menambahkan bahwa bank sentral di wilayah emerging market terus menambah cadangan emas mereka untuk diversifikasi. Permintaan emas secara global bahkan meningkat 6% dibanding tahun sebelumnya berdasarkan data World Gold Council (WGC). Nanang memperkirakan harga emas masih dapat merangkak naik hingga akhir tahun nanti.
“Proyeksi Harga emas (XAUUSD/dunia) di akhir tahun menjadi level resisten kunci US$ 4.580, dengan target tertinggi. Emas Antam (domestik) diperkirakan bergerak dalam rentang Harga Rp 2.400.000 – Rp 2.550.000 per gram di akhir Desember 2025, tergantung nilai tukar dan sentimen pasar,” pungkasnya.
Dinamika Politik AS dan Geopolitik Global Pengaruhi Harga
Sementara itu, Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi, mengidentifikasi beberapa sentimen yang memengaruhi pergerakan harga emas dunia dan dalam negeri. Faktor-faktor tersebut meliputi geopolitik, perpolitikan Amerika Serikat (AS), kebijakan bank sentral AS, perang dagang, hingga dinamika supply dan demand.
“Geopolitik ya kemungkinan akan cukup menarik bagi pasar karena geopolitik sekarang sudah melebar, yang pertama Timur Tengah, yang kedua adalah Eropa, yang ketiga Amerika Latin, yang keempat itu adalah Laut Asia Timur,” ungkap Ibrahim.
Dari sisi perpolitikan AS, Ibrahim menyoroti potensi memanasnya situasi tahun depan menyusul pemecatan Gubernur The Fed Lisa Cook, yang keputusan resminya akan diumumkan pengadilan federal pada awal kuartal 2026. Selain itu, Jaksa Agung Pengadilan Federal AS juga akan memutuskan tentang gugatan tarif impor.
“Artinya apa? Ini pun juga akan memanaskan situasi perpolitikan di Amerika. Karena Pak Trump sendiri sudah memberikan balasan terhadap Jaksa Agung, kalau seandainya perang dagang ini inkonstitusional, dibatalkan, ya Amerika akan kehilangan pendapatan negara sebesar US$ 2 triliun,” jelasnya.
Adanya perubahan struktural pengurus The Fed, yang salah satunya akan diisi oleh seseorang yang dekat dengan Presiden AS Donald Trump, juga dinilai akan membuat kebijakan The Fed menjadi lebih lunak.
Dengan sejumlah sentimen tersebut, Ibrahim memperkirakan harga emas dunia hingga akhir tahun masih dapat bergerak hingga US$ 4.550 per troy ons. Untuk pasar domestik, ia memproyeksikan harga emas bisa mencapai Rp 2.650.000 hingga Rp 2.700.000 per gram.
“Kemungkinan besar itu mencapai di US$ 4.550.000-an sampai akhir tahun. Nanti malam itu pasar ditutup jam 2 pagi karena ada Natal. Kemudian rupiah sendiri sudah mendekati level Rp 2.600.000 (data hari Rabu). Artinya apa? Sampai akhir tahun bisa mengenai level Rp 2.650.000 sampai Rp 2.700.000-an. Itu di akhir tahun 2025,” pungkas Ibrahim.






