JAKARTA – Kementerian Kebudayaan bersama Komite Pencak Silat Tradisi Indonesia (KPSTI) menggelar Tasyakur dan Tafakur: Retrospeksi 6 Tahun Pencak Silat Tradisi Pasca Diakui UNESCO. Acara ini diselenggarakan di Gedung Serbaguna Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada Senin (15/12/2025), menandai enam tahun pencatatan Tradisi Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO.
Kehadiran Kementerian Kebudayaan menegaskan komitmen negara untuk menjaga keberlanjutan, perlindungan, serta penguatan ekosistem Pencak Silat sebagai identitas budaya yang hidup dan relevan di tengah dinamika zaman. UNESCO telah mencatatkan Tradisi Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Takbenda untuk Kemanusiaan pada sidang di Bogota, Kolombia, tahun 2009. Lebih dari sekadar olahraga bela diri, Pencak Silat merupakan warisan budaya luhur yang sarat nilai falsafah, spiritualitas, dan kesenian.
Kekayaan Budaya dan Komitmen Pelestarian
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam orasi budayanya menekankan kekayaan budaya dan tradisi bangsa yang telah tercatat sebagai warisan budaya. Hingga Oktober 2025, tercatat 2.727 Warisan Budaya Takbenda tingkat nasional, dengan potensi lebih dari 30.000 Objek Pemajuan Kebudayaan. Sebanyak 16 elemen Warisan Budaya Takbenda Indonesia telah terinskripsi di UNESCO, termasuk Pencak Silat.
Fadli menegaskan tradisi Pencak Silat sebagai media pendidikan karakter berbasis budaya dan instrumen diplomasi budaya strategis yang harus dilestarikan. “Ini merupakan bagian dari warisan budaya yang harus dilestarikan, dalam arti dilindungi, dikembangkan, dimanfaatkan dan dibina, inilah amanat Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan,” jelas Fadli, dalam keterangan tertulis, Minggu (14/12/2025).
Menurutnya, pengakuan UNESCO perlu dimaknai sebagai titik tolak ekosistem tradisi Pencak Silat, bukan sekadar seremonial. Kementerian Kebudayaan berkomitmen memperkuat pelindungan dan dokumentasi Pencak Silat serta membangun kemitraan berkelanjutan dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk KPSTI.
“Kita berharap ekosistem Pencak Silat semakin terbentuk. Jika ekosistem, khususnya Silat Tradisi, dapat terbentuk dengan baik, maka Pencak Silat Tradisi akan tumbuh dan berkembang di berbagai provinsi di Indonesia,” pungkasnya.
Pendokumentasian dan Arah Masa Depan
Pendokumentasian menjadi langkah strategis dalam merawat keberlanjutan setiap aliran Pencak Silat di tengah percepatan perkembangan zaman. Fadli menambahkan, dokumentasi ekspresi budaya, termasuk Pencak Silat, tidak hanya dilakukan secara konvensional, tetapi juga dapat dikembangkan melalui film dokumenter dan keikutsertaan dalam berbagai festival.
Ketua Panitia Pelaksana, Yusron, menggarisbawahi pentingnya menentukan arah Pencak Silat ke depan. “Kita berharap, selain mensyukuri penetapan ini, kita merenungkan kembali arah Pencak Silat Tradisi setelah dinyatakan sebagai Warisan Budaya Takbenda dunia, milik bangsa Indonesia,” tuturnya.
Ketua Umum KPSTI, Mahfudz Abdurrahman, mendorong agar warisan budaya Pencak Silat tidak hanya sekadar diakui, tetapi juga terus eksis, dikonsumsi masyarakat Indonesia, serta tampil di panggung dunia melalui pelestarian kolaboratif. Langkah strategis tidak hanya berfokus pada bidang teknis, tetapi juga aksi kolaboratif yang dirancang secara masif dan sistematis.
“Komunitas Pencak Silat, IPSI, KPSTI, kemudian organisasi lainnya yang mewadahi Pencak Silat berkewajiban melestarikan, mendayagunakan warisan-warisan, terutama warisan Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Takbenda,” jelasnya.
Penerima KPSTI Award
Bertepatan dengan momentum tersebut, KPSTI menyerahkan KPSTI Award kepada para tokoh yang dinilai memiliki dedikasi dalam mengusulkan, memajukan, serta mengupayakan pelestarian berkelanjutan Tradisi Pencak Silat hingga diakui UNESCO. Penerima penghargaan meliputi pejabat publik, budayawan, akademisi, praktisi, komunitas, dan lembaga.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menjadi salah satu penerima KPSTI Award. Tokoh lain yang turut menerima penghargaan antara lain Bapak Pencak Silat Dunia Eddie Marzuki Nalapraya (alm.), Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan Restu Gunawan, budayawan sekaligus akademisi Arief Rachman, Edwin Sanjaya, serta Edi Sedyawati (alm.).
Dalam kesempatan tersebut, Fadli didampingi Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Restu Gunawan dan Direktur Bina Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Sjamsul Hadi. Turut hadir sejumlah tamu undangan, antara lain Direktur Jenderal Ekosistem Digital Kementerian Komunikasi dan Digital Edwin Hidayat Abdullah, Direktur Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta Herinto Sidik Iriansyah, budayawan Jatnika Nanggamiharja, Wakil Ketua DPRD Kota Bandung Edwin Senjaya, perwakilan anggota DPRD DKI Jakarta. Pengurus Komite Pencak Silat Tradisi Indonesia (KPSTI), Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), dan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI), serta berbagai komunitas dan tokoh pencak silat juga turut hadir.






