Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PAN, Eddy Soeparno, melakukan kunjungan ke China atas undangan think-tank pemerintah setempat, China Institute for Innovation and Strategic Development (CIIDS). Kunjungan ini bertujuan untuk membahas komitmen Presiden Prabowo Subianto dalam mempercepat dekarbonisasi serta menjajaki peluang kerja sama transisi energi dan pengelolaan sampah antara Indonesia dan China.
Sambutan Hangat dari CIIDS
Setibanya di China, Eddy Soeparno disambut langsung oleh Vice Chairman sekaligus Sekjen CIIDS, Wang Boyong, beserta jajaran pimpinan lembaga tersebut. CIIDS sendiri dikenal sebagai mitra strategis pemerintah China dalam bidang riset inovasi dan pembangunan, termasuk dalam isu transisi energi dan kebijakan lingkungan.
Wang Boyong menyampaikan apresiasinya atas peran aktif Eddy Soeparno dalam memperkuat hubungan bilateral Indonesia-China di tengah dinamika geopolitik global. Ia juga menyoroti pertemuan Eddy dengan Ketua MPR China, Wang Huning, di Beijing beberapa waktu lalu, serta penyambutan Eddy terhadap kedatangan Wang Huning di Indonesia pekan lalu.
“Termasuk kami juga melihat bagaimana Pak Eddy bertemu pimpinan kami Ketua MPR China Wang Huning di Beijing beberapa waktu lalu dan kemudian menyambut kedatangan Wang Huning di Indonesia pekan lalu. Sebuah kehormatan dan tanda persahabatan yang baik antara China dan Indonesia,” ujar Wang Boyong dalam keterangannya, Selasa (16/12/2025).
Menurut Wang Boyong, komunikasi intens antara pimpinan lembaga legislatif kedua negara menunjukkan soliditas dan sifat strategis hubungan diplomatik mereka, terutama dalam menghadapi tantangan global.
Indonesia Perkuat Komitmen Net Zero Emission
Menanggapi hal tersebut, Eddy Soeparno memaparkan berbagai langkah yang telah dan sedang ditempuh Indonesia untuk mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060, bahkan dengan komitmen untuk mempercepat pencapaiannya.
“Kami juga menjadi bagian dari penyusunan 2 Peraturan Presiden (Perpres) terbaru di bidang lingkungan yakni Perpres 109 tentang Nilai Ekonomi Karbon dan Perpres 110 tentang penanganan sampah yang menghasilkan energi (waste to energy),” jelas Eddy.
Ia menilai kedua regulasi tersebut menjadi fondasi penting dalam mendorong inovasi teknologi dan kebijakan lingkungan, khususnya untuk menjawab persoalan darurat sampah di Indonesia. “Melalui 2 Perpres ini kami berharap Indonesia bisa terus meningkatkan inovasi dan teknologinya dalam upaya menyelamatkan lingkungan khususnya dalam upaya menangani masalah darurat sampah. Karena itu dari CIIDS kami juga ingin memahami dan mengerti bagaimana China menggunakan pendekatan teknologi dalam akselerasi yang cepat di bidang lingkungan,” tambahnya.
Peluang Kemitraan Strategis Transisi Energi dan Pengelolaan Sampah
Pengalaman China dalam pengembangan teknologi lingkungan menjadi referensi penting bagi Indonesia untuk mempercepat implementasi kebijakan berbasis teknologi. Dalam pertemuan tersebut, Eddy Soeparno juga membuka peluang kemitraan strategis yang lebih luas antara Indonesia dan China, khususnya di bidang transisi energi dan pengelolaan sampah.
“Komitmen Presiden Prabowo jelas dan tegas bahwa krisis sampah harus diselesaikan segera. Karena itu saat ini pemerintah sudah menunjuk sejumlah kota prioritas utama untuk menyelesaikan masalah sampah dengan pendekatan WTE,” ungkap Eddy.
Penetapan kota prioritas ini menjadi langkah konkret pemerintah dalam memastikan kebijakan pengelolaan sampah berjalan efektif dan terukur. “Kami menyambut baik karena entitas bisnis dari China juga ikut terlibat dalam program ini dengan menyediakan teknologi dan platform pembiayaan yang memadai untuk mengembangkan teknologi WTE ke depannya,” sambungnya.
Ia menilai keterlibatan sektor bisnis dan dukungan pembiayaan menjadi faktor kunci dalam mempercepat pengembangan teknologi ramah lingkungan di Indonesia. Menutup pertemuan, Eddy menegaskan pentingnya kerja sama internasional dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin nyata.






