Sabtu, 27 Desember 2025 – Nama Jeli Hendri mungkin akrab di telinga warga Sumatera Barat sebagai anggota Taruna Tanggap Bencana (Tagana) yang sigap di garis depan. Namun, di balik rompi oranye kebencanaan, Jeli juga mengukir pengabdian di ruang kelas Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 4 Kota Padang, membimbing para siswa sebagai pendamping dan pembina.
Di SRMP 4 Padang, yang berlokasi di kawasan BBPPKS Padang, Jeli menjadi sosok yang dihormati. Terlebih, sekolah ini sempat terdampak banjir yang menyisakan lumpur di berbagai area. Kehadiran Jeli di tengah proses pemulihan lingkungan sekolah memberikan rasa aman dan pendampingan berarti bagi anak-anak.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Perhatian Jeli terhadap siswa tak lepas dari pengalamannya mendampingi kelompok rentan. Dari 146 siswa SRMP 4 Padang, 22 di antaranya belum mampu membaca Al-Qur’an sama sekali. “Kelompok inilah yang paling menyentuh hati saya,” ucap Jeli dalam keterangan tertulis, Sabtu (27/12/2025).
Ia memahami kegelisahan para remaja yang belum memiliki kemampuan dasar membaca kitab suci tersebut. Dengan metode Iqro, Jeli membimbing mereka secara bertahap. Meski membutuhkan kesabaran dan waktu, perkembangan positif mulai terlihat.
Pengabdian Tanpa Batas
Keterlibatan Jeli di SRMP 4 Padang bermula dari informasi tentang penyelenggaraan Sekolah Rakyat di Sumatera Barat. Konsep pendidikan yang melibatkan pilar-pilar sosial menarik perhatiannya. Tanpa menunggu surat tugas resmi, ia langsung mendatangi sekolah dan menawarkan diri untuk membantu.
Baginya, pengabdian tak mengenal batas peran. Ketika ruang kelas membutuhkan kehadirannya, ia datang, sama seperti saat ia bergegas ke lokasi bencana.
Jeli tercatat sebagai anggota Tagana angkatan pertama di Sumatera Barat sejak tahun 2006. Selain itu, ia juga mengabdi sebagai guru Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di Kota Padang. Pengalaman inilah yang kemudian membuatnya dipercaya sebagai pembina keagamaan di SRMP 4 Padang.
Dalam kesehariannya di sekolah, Jeli aktif terlibat dalam berbagai kegiatan, mulai dari pembinaan Peraturan Baris Berbaris (PBB) hingga mendampingi upacara bendera. Melalui aktivitas tersebut, kedekatannya dengan para siswa perlahan terbangun.
Menurut Jeli, pengalaman mendidik anak-anak di Sekolah Rakyat tak jauh berbeda dengan tugasnya di dunia kebencanaan. Selain turun langsung ke lapangan, ia juga merupakan bagian dari tim inti Layanan Dukungan Psikososial (LDP) yang kerap mendapat penugasan langsung dari Kementerian Sosial RI.
“Mendidik anak-anak ini seperti mendampingi penyintas bencana. Mereka berada di fase pancaroba. Penuh gejolak. Tapi justru di situlah peran kita,” tegas Jeli.
Tantangan Peran Ganda
Menjalani peran ganda sebagai Tagana dan pendidik tentu bukan tanpa tantangan. Di sekolah, Jeli juga bertugas sebagai satuan pengamanan dengan sistem jam bergilir. Saat mendapat giliran malam, ia tetap hadir menjalankan tugas pendidikan keesokan paginya. Sebaliknya, ketika siang hari penuh aktivitas sekolah, malam harinya ia kembali siap jika dibutuhkan di lapangan.
Jika kondisi tidak memungkinkan, koordinasi dengan wali asuh dilakukan agar pembinaan keagamaan tetap berjalan dan tidak terhenti.
Di luar ruang kelas, Jeli juga aktif membina kegiatan Pramuka, yang merupakan kewajiban seluruh siswa SRMP 4 Padang. Bahkan sebelum menerima surat tugas resmi, ia telah membersamai anak-anak dalam kegiatan tersebut. Nilai disiplin, kesiapsiagaan, dan tanggung jawab – nilai yang sama saat ia mengenakan rompi Tagana – ditanamkannya secara konsisten.
Di tengah kawasan sekolah yang baru pulih dari banjir dan cuaca yang masih diguyur hujan, Jeli Hendri berdiri tegak di antara dua medan pengabdian. Dari garis depan kebencanaan hingga ruang kelas Sekolah Rakyat, ia menunjukkan bahwa kesiapsiagaan bukan hanya soal merespons keadaan darurat, tetapi juga tentang menjaga harapan dan membentuk masa depan anak-anak yang tumbuh di wilayah rawan risiko.






