Internasional

Bukan Hanya 25 Desember: Mengenal Tradisi Natal Umat Kristiani di Tanggal Berbeda

Bagi banyak umat Kristiani, Natal merupakan momen sakral untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus. Perayaan ini umumnya identik dengan tanggal 25 Desember. Namun, tidak semua umat Kristiani merayakan Natal pada tanggal tersebut.

Sebagian gereja dan denominasi memperingati kelahiran Yesus Kristus pada tanggal lain, sesuai dengan tradisi dan kalender yang mereka anut. Perbedaan ini menciptakan keragaman dalam perayaan Natal di seluruh dunia.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Kristen Ortodoks

Jutaan umat Kristen Ortodoks di berbagai negara merayakan Natal setiap tanggal 6-7 Januari. Perayaan ini berlangsung hampir tiga minggu setelah perayaan Natal di Barat, yang menggunakan kalender Gregorian.

Melansir situs Euro News, perbedaan tanggal tersebut terjadi karena umat Katolik umumnya menggunakan kalender Gregorian, sementara sebagian besar Gereja Ortodoks masih memakai kalender Julian. Kedua kalender ini berselisih 13 hari.

Pada 6 Januari, umat Ortodoks merayakan Malam Natal. Tradisi yang dijalankan meliputi puasa hingga bintang pertama terlihat di langit, yang melambangkan kelahiran Yesus. Mereka saling menyapa dengan ucapan, “Kristus telah lahir!” yang kemudian dijawab, “Kemuliaan bagi-Nya!”.

Jamuan Natal Ortodoks biasanya disajikan tanpa daging dan alkohol, terdiri dari 12 hidangan yang melambangkan 12 rasul. Sajian utama dalam jamuan ini adalah “kutia”, hidangan bubur gandum manis.

Perayaan berlanjut pada 7 Januari dengan ibadah di gereja, termasuk misa tengah malam bagi sebagian umat.

Saksi-saksi Yehova

Saksi-saksi Yehova memiliki pandangan berbeda terkait perayaan Natal. Melansir situs jw.org, mereka tidak merayakan Natal karena Yesus memerintahkan pengikutnya untuk mengenang kematiannya, bukan hari kelahirannya.

Selain itu, perayaan Natal tidak dilakukan oleh para rasul maupun jemaat Kristen awal dan baru muncul jauh setelah masa mereka. Alkitab juga tidak mencatat tanggal kelahiran Yesus, sehingga tidak ada dasar bahwa ia lahir pada 25 Desember.

Natal dianggap tidak sejalan dengan kehendak Allah karena berkaitan dengan tradisi pagan. Meskipun banyak orang tetap merayakan Natal, Alkitab mengajarkan umat Kristen untuk berpikir kritis, menghargai kebenaran, dan setia pada prinsip iman, meskipun sikap tersebut tidak populer.

Namun, Saksi-saksi Yehova tetap menghormati pilihan pribadi setiap orang dan tidak mengganggu perayaan Natal orang lain.

Kristen Ortodoks Ethiopia

Perayaan Natal di Ethiopia dikenal dengan sebutan Genna. Festival ini digelar dua kali karena berlangsung seminggu setelah kalender Gregorian.

Perayaan Genna dimulai dengan Vigil sepanjang malam, menyusul puasa selama 43 hari yang melarang konsumsi daging, telur, dan produk susu. Kalender Ethiopia memiliki sistem bulan yang berbeda, sehingga Natal dirayakan pada tanggal 29 Tahsas atau sekitar 7 Januari.

Kalender yang dipakai Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia awalnya berasal dari kalender Gereja Ortodoks Koptik di Mesir, namun kini memiliki hari-hari khususnya sendiri. Umat Ortodoks Ethiopia menghadiri misa malam Natal, yang disebut Gahad Natal, dimulai pukul 6 sore dan berakhir pada pukul 3 pagi di Hari Natal.

Mureks