Musim 2024/2025 menjadi periode yang jauh dari harapan bagi Juventus. Evaluasi internal klub di Turin menyoroti satu keputusan krusial yang dinilai menghambat langkah perbaikan sejak awal, memicu kritik tajam dari berbagai pihak.
Salah satu suara paling lantang datang dari editor-in-chief Sportitalia, Michele Criscitiello. Ia menuding adanya blunder utama dalam era kepemimpinan Damien Comolli, yang kini menjabat CEO setelah dipromosikan dari General Manager.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Keputusan Fatal Comolli: Mempertahankan Igor Tudor
Criscitiello secara spesifik menunjuk keputusan mempertahankan Igor Tudor sebagai pelatih kepala sebagai kesalahan paling fatal. Ia menegaskan bahwa tanggung jawab penuh berada di tangan manajemen, bukan pada Tudor secara personal.
“Bukan kesalahan Tudor, tetapi kesalahan ada pada mereka yang mengonfirmasinya,” tulis Criscitiello dalam editorialnya. “Ia bukan pelatih level Juventus, dan kita semua sudah mengetahuinya.”
Menurut Criscitiello, Tudor hanya ideal sebagai pelatih sementara dalam situasi darurat. Namun, memulai musim baru dengan figur yang sama dianggap menghambat proses pembenahan total yang seharusnya dilakukan Juventus.
“Memulai lagi bersamanya adalah kesalahan besar, dan kami telah mengatakannya selama berbulan-bulan,” lanjut Criscitiello. “Piala Dunia Antarklub yang tidak penting itu seharusnya diabaikan demi persiapan perombakan besar.”
Kritik tersebut juga diperkuat dengan performa transfer musim panas yang belum memberikan dampak signifikan. Pemain seperti Jonathan David dan Joao Mario, yang datang dengan ekspektasi tinggi, masih minim kontribusi di lapangan.
Criscitiello juga menyinggung keterbatasan pelatih pengganti yang datang kemudian. “Spalletti adalah orang yang tepat, tetapi ia tidak bisa membuat keajaiban,” tulisnya, merujuk pada Luciano Spalletti yang kini menukangi Bianconeri.
Latar Belakang dan Efek Berantai
Sebelum musim dimulai, Comolli sejatinya berupaya membawa Antonio Conte kembali untuk memimpin proyek baru Juventus. Namun, rencana itu gagal terwujud karena Conte memilih bertahan di Napoli.
Comolli akhirnya mengambil opsi aman dengan mempertahankan Tudor sebagai pelatih kepala. Keputusan ini, dalam praktiknya, tidak berjalan sesuai harapan.
Juventus memulai musim dengan rangkaian hasil buruk yang menggerus kepercayaan publik dan ruang ganti. Tim gagal meraih kemenangan dalam delapan pertandingan beruntun, menciptakan tekanan besar pada manajemen.
Tekanan yang terus meningkat membuat manajemen tidak memiliki banyak pilihan. Tudor akhirnya diberhentikan pada akhir Oktober 2025, dan Luciano Spalletti kemudian datang sebagai upaya penyelamatan musim yang sudah terlanjur sulit.
Pergantian pelatih ini menegaskan bahwa keputusan awal Comolli memiliki efek berantai yang panjang. Juventus kini harus menutup kesalahan lama sambil membangun ulang fondasi kepercayaan, sebuah pekerjaan yang diperberat oleh pilihan strategis di awal musim.






