Kabupaten Serang, Banten dilanda banjir yang merendam enam desa di tiga kecamatan, menyebabkan 695 keluarga atau 2.125 jiwa terdampak. Bencana ini dipicu oleh intensitas hujan sedang hingga lebat yang mengguyur wilayah Kabupaten Serang selama tiga hari berturut-turut.
Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten, banjir mulai terjadi pada Rabu (17/12) malam. Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Banten, Lutfi Mujahidin, menjelaskan bahwa luapan Sungai Cidanau dan Sungai Cikalumpang menjadi penyebab utama genangan air di permukiman warga.
Enam Desa Terdampak dan Ketinggian Air
Enam desa yang tergenang tersebar di tiga kecamatan. Kecamatan Padarincang meliputi Desa Citasuk, Padarincang, Batukuwung, dan Kalumpang. Sementara itu, Desa Rancasanggal di Kecamatan Cinangka dan Desa Ciherang di Kecamatan Gunungsari juga turut terdampak.
Lutfi Mujahidin, pada Kamis (18/12/2025), menyatakan, “Banjir disebabkan oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi sejak pagi hingga malam hari. Kondisi tersebut mengakibatkan meluapnya aliran Sungai Cidanau dan Sungai Cikalumpang sehingga menggenangi permukiman warga.”
Ketinggian muka air bervariasi, mulai dari 20 sentimeter hingga mencapai 120 sentimeter. Kondisi ini tidak hanya merendam 569 rumah warga, tetapi juga menghambat sejumlah akses jalan dan merusak fasilitas umum seperti Rohudhotul Mutaqin, Masjid Jami Al-Muhajirin, dan Madrasah Kampung Sukamaju.
Dampak dan Kendala Penanganan
Dari total 2.125 jiwa yang terdampak, 108 di antaranya adalah lansia dan 133 balita atau anak-anak. Beruntungnya, tidak ada laporan mengenai korban luka ringan, sedang, maupun berat akibat banjir ini. Lutfi menambahkan bahwa kondisi terkini menunjukkan debit air di Desa Citasuk mulai berangsur surut.
“Kondisi terkini menunjukkan debit air di Desa Citasuk berangsur surut. Sebagian warga terdampak melakukan evakuasi mandiri ke rumah sanak saudara dan tempat aman lainnya,” jelas Lutfi.
Meskipun demikian, kebanyakan warga memilih untuk tetap bertahan di rumah mereka yang terendam banjir. “Banyak yang tinggal, karena itu sudah langganan tahunan,” ujar Lutfi, mengindikasikan bahwa banjir telah menjadi peristiwa rutin di wilayah tersebut.
Dalam upaya penanganan di lapangan, BPBD Provinsi Banten menghadapi sejumlah kendala. Keterbatasan kendaraan operasional, minimnya sarana dan prasarana, serta akses jalan menuju lokasi yang terhambat menjadi tantangan utama. Kondisi cuaca yang masih hujan juga mempersulit proses evakuasi dan distribusi bantuan.
Rekomendasi dan Kebutuhan Mendesak
Menyikapi situasi ini, BPBD Provinsi Banten merekomendasikan penerbitan status Siaga Darurat, yang dapat ditingkatkan menjadi Tanggap Darurat berdasarkan analisis lapangan. Selain itu, pemenuhan kebutuhan sarana prasarana lapangan, penambahan personel, serta kesiapsiagaan tim menjadi prioritas.
“Rekomendasi yang disampaikan antara lain penerbitan status Siaga Darurat yang dapat ditingkatkan menjadi Tanggap Darurat berdasarkan analisis lapangan, pemenuhan kebutuhan sarana prasarana lapangan maupun personel, serta kesiapsiagaan personel dan sarana prasarana,” pungkas Lutfi.
Beberapa kebutuhan mendesak yang diperlukan oleh warga terdampak meliputi terpal, alas tidur, makanan siap saji, sembako, dan kebutuhan dasar lainnya.





