Unai Emery akan kembali menghadapi salah satu klub yang menjadi noda kecil dalam rekam jejak kepelatihannya. Pelatih asal Spanyol itu dijadwalkan memimpin Aston Villa bertandang ke markas Arsenal pada Rabu (31/12) dini hari WIB, dengan misi mengganggu ambisi mantan klubnya meraih gelar Liga Inggris pertama dalam 22 tahun terakhir.
Periode pertama Emery di Inggris memang tidak berakhir manis. Ia dipecat Arsenal pada tahun 2019, hanya setahun lebih setelah menggantikan Arsène Wenger. Namun, kiprah keduanya di Liga Inggris bersama Aston Villa justru menghadirkan narasi yang sangat berbeda. Emery sukses membangunkan “raksasa tidur” bernama Villa, mengubah klub asal Birmingham itu dari tim yang berkutat di zona degradasi menjadi penantang serius gelar liga yang terakhir kali mereka raih pada tahun 1981.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Kebangkitan Dramatis Aston Villa
Kemenangan impresif 2-1 atas Chelsea di Stamford Bridge, Sabtu lalu, menjadi bukti nyata kebangkitan Villa di bawah asuhan Emery. Hasil tersebut memperpanjang rekor kemenangan Villa di semua kompetisi menjadi 11 laga beruntun, rentetan terpanjang klub sejak tahun 1914. Performa gemilang ini membawa Villa hanya terpaut tiga poin dari Arsenal di puncak klasemen, meskipun mereka sempat gagal meraih kemenangan dalam enam laga pembuka musim.
Emery tidak menyembunyikan rasa bangganya atas pencapaian tim. “Kami berkompetisi dengan sangat baik. Kami berada di posisi ketiga liga, di belakang Arsenal dan Manchester City. Wow,” kata Emery seusai merancang kebangkitan dramatis di babak kedua melawan Chelsea.
Dalam laga kontra Chelsea, Villa sempat tertekan dan tertinggal 0-1 hingga satu jam pertandingan. Namun, tiga pergantian pemain sekaligus yang dilakukan Emery berhasil mengubah jalannya laga. Ollie Watkins, yang masuk dari bangku cadangan, mencetak dua gol dan memuji perubahan sistem yang diterapkan sang pelatih sebagai “kejeniusaan taktik”.
Tantangan Gelar dan Rekor Kontra Arsenal
Meski demikian, tidak banyak yang meyakini Villa mampu bertahan dalam persaingan panjang melawan Arsenal dan Manchester City. Kedua tim tersebut memiliki kekuatan finansial serta kedalaman skuad yang jauh lebih besar, dengan masih tersisa sekitar 20 pertandingan musim ini.
Namun, tantangan gelar hanyalah kelanjutan dari tren positif yang telah dibangun Emery sejak mengambil alih kursi pelatih lebih dari tiga tahun lalu. Setelah 13 tahun absen dari kompetisi Eropa, termasuk tiga musim di kasta kedua Championship, Villa kini lolos ke ajang kontinental selama tiga musim beruntun.
Bahkan, Paris Saint-Germain sempat berada di ujung tanduk di Villa Park pada bulan April lalu sebelum lolos dramatis dengan agregat 5-4 pada perempat final Liga Champions. PSG kemudian menjuarai kompetisi tersebut untuk pertama kalinya. Arsenal sendiri juga pulang dari Birmingham dengan kekalahan awal bulan ini, yang menjadi satu-satunya kekalahan mereka dalam 24 laga terakhir di semua kompetisi.
Bagi Emery, mengungguli mantan klubnya bukan hal baru. Pelatih berusia 54 tahun itu hanya dua kali kalah dalam 10 pertemuan melawan Arsenal saat menangani Paris Saint-Germain, Villarreal, dan Villa. Termasuk kemenangan 2-0 di Emirates pada April 2024 yang pada akhirnya merusak peluang gelar tim asuhan Mikel Arteta.
Periode 18 bulan Emery di London utara pun tak sepenuhnya buruk jika dilihat dari kacamata sekarang. Ia mewarisi klub yang tengah menurun di tahun-tahun akhir Arsène Wenger, namun nyaris mengamankan tiket Liga Champions pada satu-satunya musim penuh yang ia jalani, serta berhasil membawa Arsenal ke final Liga Europa.






