Jepang mencatat lonjakan aset warisan yang tidak diklaim dan akhirnya masuk ke kas negara pada tahun 2024. Fenomena ini terjadi seiring peningkatan angka kematian dan semakin banyaknya warga yang meninggal dunia tanpa memiliki keluarga dekat.
Berdasarkan data Mahkamah Agung Jepang yang dikutip dari Straits Times, total aset yang tidak diklaim dan dikembalikan ke kas negara mencapai 129 miliar yen, atau sekitar Rp 13,8 triliun. Jumlah ini menunjukkan peningkatan signifikan, hampir empat kali lipat dibandingkan tahun 2013 yang hanya mencatat 33,6 miliar yen atau sekitar Rp 3,6 triliun.
Melonjaknya harta warisan tanpa ahli waris di Jepang tampaknya mencerminkan dua isu krusial yang dihadapi negara tersebut: penurunan populasi dan meningkatnya isolasi di kalangan lansia.
Warga Meninggal Tanpa Keluarga Dekat
Data dari Japan Research Institute (JRI) menunjukkan bahwa di antara warga lanjut usia yang meninggal dunia, semakin banyak yang tidak memiliki pasangan maupun kerabat dekat. Koji Nambu, mitra di firma hukum Miyake & Partners, menyebutkan bahwa meningkatnya jumlah kematian setiap tahun bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Peningkatan angka kematian memang tercatat tajam di Jepang. Data pemerintah menunjukkan angka tersebut terus meningkat hingga diperkirakan mencapai 1,6 juta pada tahun 2024. Nambu menambahkan, tingkat kesiapan masyarakat Jepang yang relatif rendah dalam menghadapi tantangan suksesi juga turut berkontribusi pada masalah ini.
Sembilan Juta Rumah Terbengkalai
Salah satu indikasi paling nyata dari kondisi ini adalah maraknya rumah-rumah terbengkalai, yang dikenal sebagai akiya. Diperkirakan ada sekitar 9 juta akiya yang ditinggalkan oleh pemiliknya tanpa ahli waris. Kerabat yang ditinggalkan pun kerap enggan menanggung beban finansial untuk pemeliharaan bangunan tersebut.
Makiko Okamoto, Wakil Kepala Peneliti di JRI, mengaitkan kurangnya ahli waris dengan menurunnya angka pernikahan dan melemahnya ikatan keluarga. Ia menjelaskan bahwa piramida penduduk Jepang yang menunjukkan peningkatan jumlah generasi tua di puncak populasi membutuhkan tingkat perawatan yang lebih tinggi.
“Mendukung kerabat terdekat sering kali merupakan satu-satunya yang bisa dilakukan,” ujar Okamoto. Ia menekankan pentingnya bagi para lansia yang tidak memiliki keluarga untuk mempercayakan keinginan mereka kepada seseorang sejak dini.






