Internasional

PBB Pangkas Anggaran Bantuan Nyaris 50 Persen di 2026, Kebutuhan Mendesak Meningkat

Advertisement

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menghadapi kenyataan pahit dengan memangkas anggaran bantuan hingga hampir 50 persen untuk tahun 2026. Langkah drastis ini diambil di tengah lonjakan kebutuhan kemanusiaan global, memaksa badan dunia itu mengabaikan nasib puluhan juta warga yang sangat membutuhkan pertolongan.

Permohonan anggaran sebesar 23 miliar dollar AS atau sekitar Rp 383 triliun untuk tahun depan tidak mampu menutupi seluruh kebutuhan. Penurunan dukungan dari para donatur memaksa PBB untuk memprioritaskan siapa saja yang akan menerima bantuan, sebuah keputusan yang diakui sangat sulit.

Kepala Bantuan PBB, Tom Fletcher, mengungkapkan betapa beratnya situasi yang dihadapi lembaganya. “Pemotongan dana inilah yang pada akhirnya memaksa kita untuk membuat pilihan-pilihan yang sulit, berat, dan brutal,” kata Fletcher, mengutip pernyataan dari Reuters. Ia menambahkan, kondisi ini membuat lembaga bantuan kewalahan, kekurangan dana, dan bahkan diserang.

“Kami mengendarai ambulans menuju lokasi kebakaran, atas nama Anda. Tapi, sekarang kami juga diminta untuk memadamkan api, tidak ada cukup air di tangki, kami juga ditembaki,” sambungnya, menggambarkan ironi kondisi yang dihadapi di lapangan.

Pemotongan anggaran ini bukanlah kali pertama. Pada tahun sebelumnya, PBB meminta anggaran sekitar 47 miliar dollar AS atau Rp 785 triliun untuk 2025. Namun, angka tersebut terpaksa dikurangi setelah Amerika Serikat memangkas dana bantuannya untuk PBB.

Hingga November tahun lalu, PBB baru menerima 12 miliar dollar AS atau sekitar Rp 200 triliun. Angka ini merupakan yang terendah dalam satu dekade terakhir, hanya seperempat dari total kebutuhan yang diajukan.

Advertisement

Anggaran 2026 Fokus pada 87 Juta Prioritas

Anggaran sebesar Rp 383 triliun yang diajukan untuk 2026 rencananya akan dialokasikan untuk 87 juta orang yang dianggap sebagai prioritas utama. Padahal, data menunjukkan sekitar 250 juta orang saat ini membutuhkan bantuan mendesak.

Khusus untuk Palestina, PBB telah mengusulkan anggaran sebesar 4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 67 triliun. Sebagian besar dana tersebut ditujukan untuk upaya rekonstruksi Gaza yang hancur akibat serangan Israel selama dua tahun terakhir. Hampir seluruh dari 2,3 juta warga Gaza telah kehilangan tempat tinggal dan sangat bergantung pada bantuan.

Selain Palestina, Sudan dan Suriah juga menjadi fokus utama penyaluran anggaran bantuan.

Fletcher memperingatkan bahwa kelompok-kelompok kemanusiaan menghadapi skenario yang suram, termasuk peningkatan kelaparan, penyebaran penyakit, dan rekor kekerasan. “(Seruan) ini difokuskan pada penyelamatan nyawa di lokasi yang paling terdampak, perang, bencana iklim, gempa bumi, epidemi, gagal panen,” jelasnya.

Badan-badan kemanusiaan PBB sangat bergantung pada sumbangan sukarela dari negara-negara Barat, dengan Amerika Serikat menjadi donatur terbesar. Meskipun ada pemangkasan anggaran yang dilakukan oleh pemerintahan Donald Trump, data PBB menunjukkan AS tetap menduduki posisi donatur nomor satu pada 2025.

Advertisement