Amerika Serikat, Israel, dan Qatar dilaporkan menggelar pertemuan trilateral tertutup di New York pada Minggu, 7 Desember 2025. Pertemuan ini menjadi sorotan mengingat intensitas upaya mediasi yang terus dilakukan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.
Ini merupakan pertemuan tingkat tinggi pertama antara ketiga negara sejak dimulainya eskalasi konflik, dengan Qatar memegang peran sentral sebagai mediator utama. Hingga berita ini diturunkan, Gedung Putih belum memberikan konfirmasi resmi terkait pertemuan tersebut.
Fokus pada Pelaksanaan Teknis Gencatan Senjata
Menurut laporan media AS, Axios, yang mengutip dua sumber yang mengetahui jalannya pertemuan, acara ini dipimpin oleh utusan khusus Gedung Putih, Steve Witkoff. Israel mengirimkan Kepala Badan Intelijen Mossad, David Barnea, sementara Qatar diwakili oleh seorang pejabat senior yang identitasnya dirahasiakan.
Qatar, bersama dengan Mesir dan Amerika Serikat, telah secara aktif terlibat dalam upaya mediasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Namun, implementasi kesepakatan yang ada masih menghadapi tantangan signifikan, dengan kedua belah pihak kerap saling tuding pelanggaran.
Dalam sebuah konferensi diplomatik di Doha pada Sabtu, 6 Desember 2025, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani kembali menekankan urgensi penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. “Gencatan senjata tidak dapat diselesaikan kecuali ada penarikan penuh pasukan Israel dan adanya stabilitas di Gaza,” tegasnya, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita AFP.
Bersama Mesir, Qatar juga telah menyerukan pengerahan pasukan stabilisasi internasional untuk mendukung pelaksanaan penuh gencatan senjata di Gaza. Laporan Axios menyebutkan bahwa fokus utama pertemuan di New York adalah membahas aspek-aspek teknis pelaksanaan perjanjian damai, termasuk mekanisme stabilisasi di lapangan.
Insiden Serangan Udara di Doha
Pertemuan ini juga diselimuti oleh peristiwa sebelumnya pada 9 September 2025, ketika jet tempur Israel melancarkan serangan udara di Doha. Target serangan tersebut diduga adalah Khalil Al Hayra, seorang negosiator utama Hamas. Namun, serangan itu meleset dari sasaran dan justru menewaskan enam warga sipil.
Insiden tersebut memicu gelombang kecaman internasional, termasuk dari Presiden AS Donald Trump saat itu. Atas desakan Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan menghubungi Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, langsung dari Gedung Putih untuk menyampaikan permintaan maaf.






