Nasional

Antrean Panjang di Planetarium TIM: Harapan Warga Bertemu Wajah Baru di Tengah Ketidakpastian Tiket

Advertisement

Ratusan warga memadati area Planetarium Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, pada Jumat (26/12/2025). Mereka rela mengantre panjang dalam daftar tunggu (waiting list) demi bisa masuk, meskipun tidak ada jaminan akan mendapatkan tiket.

Fenomena antrean ini terjadi setelah Planetarium TIM kembali dibuka pascarenovasi. Banyak pengunjung yang datang langsung ke lokasi tanpa melakukan reservasi daring terlebih dahulu, membawa rasa penasaran sekaligus harapan untuk menyaksikan wajah baru Planetarium.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Nani (41), warga Cipinang, menjadi salah satu pengunjung yang datang langsung. Ia mengaku tidak mendaftar melalui tautan reservasi daring karena baru mengetahui kabar pembukaan kembali Planetarium dari berita.

“Karena di musim liburan ini, kemarin melihat berita ya, ‘Oh Planetarium sudah buka kembali,’ gitu,” ujar Nani.

Bagi Nani, kunjungan ke Planetarium sudah lama dinantikan. Ia beberapa kali mencoba datang setelah pandemi, namun selalu mendapati Planetarium dalam kondisi tutup. “Jadi menjanjikan anak-anak untuk, ‘Nanti kalau buka, baru kita ke Planetarium,’” katanya.

Nani pun mengajak dua anaknya dan satu keponakannya datang, meski harus mengambil nomor antrean secara langsung dan masuk daftar tunggu. Ia menyadari sejak awal bahwa antrean tersebut tidak menjamin dirinya akan masuk.

“Oh iya, tahu,” ujarnya saat ditanya soal kemungkinan tidak mendapatkan tiket. Nani mengaku tidak masalah dan akan tetap mengantre.

Alasan utama Nani tetap bertahan adalah keinginan melihat wajah baru Planetarium. “Kemarin kan kenapa tutup karena ada renovasi segala macam. Kita mau lihat, ‘Ini udah wajah baru itu seperti apa sih?’ Itu aja,” jelasnya.

Tidak jauh berbeda, Tri Haryono (41), warga Jakarta Utara, juga datang bersama anak dan adiknya. Ia sengaja menyempatkan diri ke Planetarium karena penasaran setelah melihat informasi di media sosial.

“Dulu kan perbaikan. Udah dibuka baru lagi, lihat dari Instagram, udah lebih bagus, ya coba ke sini,” kata Tri.

Tri juga tidak mengisi formulir pendaftaran daring sebelumnya. Ia langsung datang dan ikut antre di sistem waiting list. Menurutnya, informasi yang tersedia di media sosial belum cukup rinci. “Informasi yang dari Instagram kan memang tidak terlalu detail,” ujarnya.

Advertisement

Tri menilai, sistem reservasi daring bukan hal yang familiar bagi sebagian warga. Kebiasaan masyarakat masih identik dengan datang langsung, membeli tiket, lalu menonton. “Sistem seperti ini enggak biasa. Sistem yang biasa dipakai kita datang, beli tiket, nonton. Jarang orang-orang yang biasa itu ngerti harus reservasi. Bahasanya, belum disosialisasikan bagi kita. Itu jarang orang-orang yang biasa itu ngerti harus reservasi,” paparnya.

Ia bahkan lebih memilih sistem pendaftaran luring. “Offline lah gitu. Maksudnya orang kondisional. Bisa jadi dia mau ke mana pergi, tahu-tahu mau ke mari,” tambahnya.

Meski mengetahui bahwa antrean ini tak menjamin ia dapat memperoleh tiket masuk, Tri memutuskan mencoba peruntungan. “Iya, karena tadi sebenernya saya udah mau pulang. Cuma karena adik saya ‘Udah coba aja’, karena ada kemungkinan bisa masuk,” katanya.

Sistem Antrean Daring dan Luring

Manager on Duty JakPro, Arnold Kindangen, menjelaskan bahwa sistem utama penjualan tiket dilakukan secara daring untuk mencegah kondisi yang tidak terkendali di lapangan. Menurutnya, hampir seluruh penyelenggaraan acara di Jakarta kini juga telah beralih ke sistem daring.

“Best effort yang kita lakukan adalah via online. Karena kalau kita bukanya semua OTS, pastinya ini menjadi tidak terkendali. Pada umumnya juga event-event di Jakarta rata-rata semuanya dijual dengan online. Kita sampaikan di media sosial, registrasi hanya by online,” kata Arnold di TIM, Jakarta Pusat, Jumat (26/12/2025).

Meski demikian, JakPro tetap mengakomodasi pengunjung yang datang langsung ke TIM. Penjualan tiket di tempat (on the spot/OTS) dibuka dengan mengambil sisa kuota dari tiket daring yang tidak terkonfirmasi pembayarannya.

“Kita akan mengambil slot dari total tiket online yang masih tersisa atau tidak ada konfirmasi terkait pembayaran, maka kuota tersebut kita ambil untuk kita jual,” ungkapnya.

Arnold menegaskan, pengunjung yang mengantre sejak awal telah diberi pemahaman bahwa antrean OTS tidak menjamin mendapatkan tiket. “Itu kita sampaikan di awal bahwa ini terbatas. Kita sampaikan saat mereka hadir dan mengantre. Jadi bukan berarti jaminan kalau dia mengantre,” ujarnya.

Sistem OTS menerapkan prinsip first come first serve. Pengunjung yang datang akan didata dalam daftar antrean dan waiting list. Jika kuota sesi pertama penuh, pengunjung dapat dialihkan ke sesi berikutnya, bergantung pada ketersediaan kursi. “Siapa yang duluan datang, mereka akan mendapatkan prioritas,” pungkas Arnold.

Advertisement
Mureks