Perjuangan menghadirkan akses air bersih bagi masyarakat Desa Tumbang Darap, Kecamatan Seruyan Hulu, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, diungkapkan oleh Bhabinkamtibmas setempat, Aiptu Nur Cahyo. Sejak bertugas di desa terpencil itu pada tahun 2020, ia menemukan berbagai kendala, mulai dari minimnya akses internet, jalan yang masih berupa tanah, hingga ketiadaan pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Kondisi tersebut sangat dirasakan oleh 340 Kepala Keluarga di Desa Tumbang Darap, yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan pekebun. Sebelum tahun 2022, warga terpaksa memanfaatkan air sungai untuk mandi dan memasak. Keluhan masyarakat yang mendambakan kemudahan akses air bersih, bahkan hingga ke dalam rumah, menjadi perhatian utama Aiptu Nur Cahyo.
“Pada awalnya di situ banyak sekali keluhan, mulai dari sarana air bersih, terus penerangan sampai sekarang masih menggunakan mesin dompeng yang jadwal hidupnya dari jam 5 sore atau 17.00 WIB sampai jam 23.00 WIB. Jadi selebihnya ada yang pake panel, ada bantuan itu,” tutur Aiptu Nur Cahyo dalam acara Hoegeng Corner 2025 detikPagi, Selasa (9/12/2025).
Menyadari urgensi kebutuhan tersebut, Aiptu Nur Cahyo tidak berdiam diri. Ia segera berkoordinasi dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat setempat untuk mencari solusi konkret. Langkah awal yang diambil adalah melakukan survei potensi sumber air bersih di wilayah desa.
“Memang dari dulu pertama kita masuk, sebelumnya pun memang masyarakat mandi menggunakan air sungai. Dengan keluhan-keluhan dan masyarakat mengharapkan air bersih yang sudah siap ada di WC atau di dapur,” ucapnya.
Hasil survei menemukan adanya sumber air di Sungai Durian, yang berjarak sekitar 7-8 kilometer dari permukiman penduduk. Potensi ini kemudian menjadi dasar perencanaan pembangunan sarana air bersih.
“Alhamdulillah setelah rapat akhirnya kita survei dan ternyata ada di Sungai Durian. Jadi sungai itu jaraknya dari kampung itu sekitar 7-8 km,” ujar Aiptu Nur Cahyo.
Tantangan selanjutnya adalah pembiayaan untuk pengadaan material, terutama paralon yang dibutuhkan untuk menyalurkan air dari sungai ke desa. Mengingat jarak yang cukup jauh, biaya yang dibutuhkan pun sangat besar. Menghadapi kendala ini, semangat gotong royong masyarakat Desa Tumbang Darap menjadi kunci utama.
“Jadi masyarakat antusias sekali, akhirnya bersama-sama (mulai) dari pembersihan, pembuatan bendungan, sampai dengan pengangkutan paralon itu gotong royong,” katanya.
Proyek pembangunan sarana air bersih ini dirancang dan dieksekusi secara cepat pada tahun 2022. Sejak tahun 2023, air bersih yang diharapkan masyarakat akhirnya mengalir hingga ke rumah-rumah warga, menandai keberhasilan kolaborasi antara aparat kepolisian, pemerintah desa, dan masyarakat.
“(Dari tahun) 2023 itu Alhamdulillah itu sudah mulai dan sampai sekarang sudah nyampai di rumah masing-masing,” imbuhnya, menandakan akhir dari perjuangan panjang penyediaan air bersih di desa tersebut.






