Nasional

Unismuh Makassar Dorong Penguatan Tata Kelola Berkelanjutan Lewat Bimtek Manajemen Risiko

Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Manajemen Risiko Perguruan Tinggi pada Senin, 29 Desember 2025. Kegiatan ini bertujuan memperkuat tata kelola institusi yang berkelanjutan dan dihadiri oleh pimpinan universitas, dekan, kepala lembaga, serta pengelola unit strategis di Balai Sidang Muktamar ke-47 Unismuh Makassar.

Bimtek tersebut dibuka langsung oleh Rektor Unismuh Makassar, Dr. Abdul Rakhim Nanda. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa manajemen risiko menjadi fondasi penting dalam menjaga keberlanjutan dan daya saing perguruan tinggi di tengah dinamika perubahan kebijakan dan tuntutan mutu global.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Manajemen Risiko sebagai Instrumen Keberlanjutan Institusi

Rakhim Nanda mengibaratkan posisi Unismuh Makassar saat ini seperti “memanjat pohon yang tinggi”. Menurutnya, semakin besar capaian institusi, semakin besar pula risiko yang harus dimitigasi secara sistematis.

“Manajemen risiko penting untuk melindungi sumber daya dan aset institusi, menjaga keberlanjutan layanan akademik, serta memastikan tata kelola universitas berjalan secara sehat dan berkelanjutan,” ujarnya.

Ia menambahkan, Unismuh Makassar telah membangun budaya continuous improvement melalui sertifikasi ISO manajemen pendidikan, perolehan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), serta capaian dalam sejumlah pemeringkatan internasional seperti Times Higher Education Impact Ranking, QS Asia, dan UI GreenMetric. Seluruh capaian tersebut, kata Rakhim, perlu ditopang dengan sistem mitigasi risiko yang terencana.

Bukan Beban Tambahan, tetapi Budaya Tata Kelola

Rektor menegaskan bahwa penerapan manajemen risiko bukan dimaksudkan untuk menambah beban kerja sivitas akademika, melainkan sebagai bagian dari budaya tata kelola yang dirancang sejak awal.

“Akreditasi dan mutu tidak boleh dicapai secara kebetulan, tetapi harus dirancang (by design). Karena itu, manajemen risiko harus berjalan paralel dengan sistem penjaminan mutu,” kata Rakhim.

Kepatuhan terhadap regulasi, penguatan reputasi institusi, dan peningkatan kualitas layanan akademik, lanjutnya, hanya dapat dicapai jika setiap unit memahami potensi risiko dan strategi mitigasinya secara jelas.

Pendekatan Proaktif dalam Tata Kelola Perguruan Tinggi

Sementara itu, narasumber bimtek Prof. Dr. Indriani Sudirman menjelaskan bahwa manajemen risiko merupakan pendekatan proaktif yang berbeda dari audit mutu berbasis risiko. Manajemen risiko berorientasi pada pencegahan kegagalan sebelum terjadi, sedangkan audit mutu berfungsi mengevaluasi pelaksanaan yang telah berjalan.

“Manajemen risiko adalah alat pimpinan dan manajemen unit, sedangkan audit mutu berbasis risiko merupakan instrumen pengawasan,” jelas Prof. Indriani.

Ia menegaskan bahwa penerapan manajemen risiko di perguruan tinggi merupakan proses sistematis yang mencakup perencanaan, identifikasi, analisis, dan respons terhadap risiko dalam tata kelola dan pelaksanaan catur dharma. Kegiatan bimtek ini dilaksanakan secara interaktif dengan pembagian kelompok berdasarkan bidang strategis institusi. Setiap kelompok diharapkan menghasilkan peta risiko serta arah mitigasi yang dapat ditindaklanjuti dalam kebijakan dan program kerja masing-masing unit.

Mureks