Pemerintah Indonesia menargetkan 2.500 desa yang saat ini belum terhubung internet dapat menikmati layanan digital pada tahun 2026. Langkah ini merupakan bagian dari percepatan transformasi digital nasional yang digagas oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi).
Program Kampung Internet
Saat ini, Kemkomdigi tengah berupaya mengatasi daerah-daerah yang masih mengalami blank spot dengan mempercepat penyediaan akses internet. Melalui Program Kampung Internet, sebanyak 1.194 titik penerima manfaat akan dibangun di lima provinsi. Tahap awal pembangunan akan dimulai dengan 307 titik di Sumatera Utara.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan bahwa pemerataan konektivitas menjadi fondasi penting. Hal ini agar warga desa dapat memperoleh akses yang setara terhadap pendidikan, layanan publik, dan peluang ekonomi. “Kita sadari masih ada ketimpangan akses di berbagai daerah, untuk itu pembangunan di daerah-daerah tersebut akan menjadi prioritas di 2026,” ujar Meutya dikutip dari situs Komdigi, Kamis (11/12/2025).
Meutya menambahkan, program ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. “Dengan Kampung Internet, anak-anak sekolah bisa belajar lebih mudah, UMKM bisa memperluas pasar, dan layanan publik desa makin cepat. Inilah motor penggerak kemajuan desa di era digital,” lanjutnya.
Upaya ini merupakan kelanjutan dari pembangunan infrastruktur digital yang masif dilakukan Kemkomdigi pada periode 2023-2024. Meutya menekankan pentingnya ruang digital yang memberikan peluang bagi masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah untuk berkembang bersama. “Transformasi digital harus melahirkan nilai tambah nyata bagi ekonomi dan membuka peluang bagi semua,” tuturnya.
Desa Digital Pacu Kesejahteraan Warga
Program desa digital dipandang sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai daerah. Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) berperan dalam pembangunan menara telekomunikasi, Base Transceiver Station (BTS), dan memfasilitasi akses internet VSAT (Very Small Aperture Terminal) di fasilitas publik seperti balai desa, kantor desa, pesantren, sekolah, hingga puskesmas.
Kehadiran fasilitas ini tidak hanya mendukung pemenuhan kebutuhan administratif warga desa, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Desa Senga Selatan di Kabupaten Luwu menjadi salah satu contoh desa digital yang berhasil menerapkan command center desa dan web berbasis geospasial. Sementara itu, Desa Loa Duri Ilir di Kutai Kartanegara telah mengembangkan marketplace atau platform belanja digital yang menampung pelaku UMKM dan produk desa.
Apresiasi Konektivitas Desa Digital
Dalam rangka mendukung program desa digital, detikcom menyelenggarakan ajang penghargaan ‘Apresiasi Konektivitas Digital’. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk pengakuan bagi individu, kelompok, atau lembaga yang berkontribusi dalam membuka akses digital hingga pelosok negeri. Ajang ini juga menampilkan berbagai kisah inspiratif di balik upaya pemerataan konektivitas.
Beberapa kategori yang dihadirkan meliputi Desa Digital Unggulan, Individu Pegiat Literasi Digital di Desa, dan Individu Pejuang Internet Masuk Desa. detikcom membuka kesempatan bagi masyarakat untuk mengusulkan nominator melalui laman detik.com/apresiasikonektivitasdigital.
Proses submission berlangsung pada 15 November 2025 hingga 15 Januari 2026. Setiap pengusul hanya dapat mengajukan satu nominator, yang harus disertai bukti pendukung seperti foto, video, atau dokumen relevan.
Melalui ajang ini, detikcom berupaya memberikan ruang bagi para pejuang digital di seluruh Indonesia yang telah membantu membuka akses teknologi sebagai jembatan menuju kesejahteraan. Inisiatif ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dalam mewujudkan pemerataan konektivitas di Indonesia, sehingga masyarakat di wilayah 3T memiliki kesempatan yang setara untuk belajar, berkembang, dan berdaya saing di era digital.






