Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan bahwa sebanyak 127 gunung berapi di Indonesia saat ini berstatus aktif. Dari total 500 gunung api di Tanah Air, tiga di antaranya bahkan berada pada level Siaga (Level III) dan sisanya berstatus Waspada (Level II).
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Priatin Hadi Wijaya, menjelaskan bahwa hingga pertengahan Desember 2025, Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Gunung Semeru di Jawa Timur, serta Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur, tercatat berstatus Siaga.
Hadi menegaskan, “Sejumlah gunung api bahkan masuk kategori paling aktif karena kerap mengalami erupsi atau peningkatan aktivitas vulkanik sehingga memerlukan pemantauan ketat sepanjang 2025.”
Dengan kondisi ini, Hadi berharap 15 juta penduduk yang tinggal di sekitar gunung api berstatus Waspada dan Siaga selalu siap siaga. Kepatuhan terhadap rekomendasi yang dikeluarkan pihak berwenang menjadi krusial. “Oleh karena itu, kesiapsiagaan dan kepatuhan terhadap rekomendasi menjadi hal penting untuk meminimalkan risiko bencana,” ucap Hadi.
PVMBG mengoperasikan 74 pos pengamatan gunung api dan memantau secara real time 69 gunung api aktif di seluruh Indonesia. “Pemantauan diperketat menjelang akhir tahun seiring meningkatnya mobilitas masyarakat dan bertepatan dengan puncak musim hujan,” kata Hadi.
Hadi juga mencatat sejumlah gunung api memiliki tingkat aktivitas tinggi dan sejarah erupsi panjang. Di antaranya adalah Gunung Merapi, Semeru, Anak Krakatau, Kelud, dan Sinabung. “Gunung-gunung tersebut dikenal sering mengalami erupsi dengan karakteristik berbeda, mulai dari lontaran abu, awan panas guguran, hingga aliran lahar,” ujar Hadi.
Sebagai contoh, Gunung Semeru beberapa kali mengalami erupsi pada awal Desember lalu. Pada Minggu, 7 Desember 2025, Semeru tercatat mengalami empat kali erupsi dengan tinggi kolom letusan mencapai sekitar 1.000 meter di atas puncak. Hingga kini, status Gunung Semeru masih berada pada Level III atau Siaga.
PVMBG mengeluarkan sejumlah rekomendasi keselamatan untuk Semeru. Masyarakat dilarang beraktivitas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak. Selain itu, pembatasan aktivitas juga diberlakukan dalam radius lima kilometer dari kawah karena potensi bahaya lontaran material pijar.
Selain erupsi, Badan Geologi juga mengingatkan potensi bahaya lanjutan seperti hujan abu dan aliran lahar, terutama saat intensitas hujan meningkat. Puncak musim hujan diperkirakan berlangsung hingga akhir Januari 2026, yang berpotensi memperbesar dampak aktivitas gunung api di wilayah rawan.
Sebagai negara yang berada di jalur Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki tingkat kerawanan bencana geologi yang tinggi. Pemerintah mengimbau masyarakat di sekitar gunung api aktif untuk terus memantau informasi resmi dan mematuhi rekomendasi otoritas guna menghindari risiko bencana.






