Suzuki Motor Corporation bersama jaringan distributor resminya di Australia dan Selandia Baru secara resmi mengumumkan kampanye penarikan kembali (recall) terhadap ratusan unit Suzuki Fronx model tahun 2025. Langkah ini diambil menyusul temuan masalah serius pada fungsi sabuk pengaman belakang kendaraan tersebut.
Masalah ini terungkap setelah Australasian New Car Assessment Program (ANCAP) melakukan serangkaian uji keselamatan. Dalam pengujian tabrak frontal penuh dan sebagian, Suzuki Fronx hanya mampu meraih peringkat satu bintang, terutama akibat kegagalan mekanisme sabuk pengaman penumpang belakang.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Temuan ANCAP dan Risiko Keselamatan
ANCAP mengungkapkan bahwa saat terjadi benturan, sabuk pengaman belakang tidak mampu menahan dummy penumpang dengan baik. Kondisi ini dinilai secara signifikan meningkatkan risiko cedera serius bagi penumpang, khususnya yang duduk di kursi baris kedua.
Menurut ANCAP, sistem mekanis seatbelt retractor rear left pada Suzuki Fronx 2025 yang diproduksi sejak Maret 2025 gagal berfungsi sebagaimana mestinya. Kegagalan ini menyebabkan sabuk mengendur sehingga dummy penumpang belakang mengalami posisi tidak tertahan saat simulasi benturan. Ini bahkan berkontribusi pada peringkat keselamatan satu bintang bagi model tersebut.
Peringatan dari ANCAP menegaskan bahwa dalam skenario kecelakaan nyata, kegagalan sabuk pengaman bisa berujung pada risiko cedera serius atau bahkan fatal bagi penumpang belakang. Implikasi kegagalan komponen ini dinilai “langka dan serius” oleh otoritas keselamatan, sehingga penanganan dan perbaikan menjadi prioritas sejak dini.
Cakupan Recall dan Respons Suzuki
Berdasarkan dokumen recall yang diterbitkan Departemen Infrastruktur dan Transportasi Australia, penarikan ini mencakup sekitar 324 unit Suzuki Fronx 2025. Setiap unit memiliki kode recall yang berbeda, tergantung pada distributor wilayahnya. Mureks mencatat bahwa mekanisme penarik sabuk pengaman (seatbelt retractor) pada kursi belakang kiri dapat mengendur secara berlebihan saat terjadi benturan atau pengereman mendadak, menyebabkan sabuk tidak memberikan perlindungan optimal.
Dikutip dari carmag.co, Suzuki Australia telah mengimbau para pemilik kendaraan yang masuk dalam daftar recall agar tidak menggunakan kursi belakang hingga proses perbaikan selesai dilakukan oleh dealer resmi.
Situasi serupa juga terjadi di Selandia Baru. NZ Transport Agency (Waka Kotahi) mengeluarkan peringatan bahwa kegagalan komponen sabuk pengaman ini merupakan masalah keselamatan serius. Para pemilik Suzuki Fronx diminta meningkatkan kewaspadaan sambil menunggu tindak lanjut resmi. Bahkan, pemerintah Selandia Baru memutuskan untuk menghentikan sementara penjualan Suzuki Fronx di pasar domestik. Langkah ini diambil sambil menunggu hasil investigasi lanjutan serta proses pemberitahuan kepada para pemilik kendaraan yang terdampak. Total unit Suzuki Fronx yang berpotensi terpengaruh di Selandia Baru diperkirakan mencapai lebih dari seribu kendaraan.
Suzuki sendiri masih melakukan koordinasi dengan otoritas setempat untuk memastikan proses perbaikan dan keselamatan konsumen berjalan optimal. Sebagai respons awal, Suzuki Australia dan Suzuki New Zealand bekerja sama dengan regulator setempat untuk menghubungi pemilik kendaraan yang terdampak, baik melalui daftar VIN maupun komunikasi langsung. Produsen memastikan bahwa investigasi menyeluruh tengah berlangsung untuk menentukan langkah teknis selanjutnya guna memperbaiki komponen sabuk pengaman.
Peringatan bagi para pemilik yang belum menerima pemberitahuan recall agar menghubungi dealer resmi Suzuki atau regulator setempat juga disampaikan. Recall Suzuki Fronx di Australia dan Selandia Baru menyoroti pentingnya standar keselamatan yang konsisten dan ketat dalam uji tabrak regional yang berbeda. Kegagalan pada sabuk pengaman belakang bukan hanya memengaruhi peringkat uji ANCAP, tetapi juga telah menjadi perhatian utama produsen, regulator, dan konsumen terkait bagaimana kendaraan melindungi penumpang dalam kondisi ekstrem. Suzuki telah berupaya cepat untuk menanggapi temuan ini melalui recall dan investigasi lanjutan demi menjaga keselamatan pengguna jalan.






