Jakarta, Senin, 22 Desember 2025 – Harga emas (XAU/USD) kembali menunjukkan penguatan signifikan, menembus level tertinggi baru di USD4.383 pada awal pekan ini. Kenaikan ini terjadi di tengah kondisi pasar yang diwarnai penguatan imbal hasil obligasi Amerika Serikat dan apresiasi Dolar AS, menegaskan peran emas sebagai aset lindung nilai yang diminati.
Pada sesi perdagangan Amerika Utara Jumat lalu, 19 Desember 2025, emas tercatat melonjak 0,30 persen, diperdagangkan di kisaran USD4.344 setelah sempat menyentuh titik terendah harian USD4.309. Penguatan ini mengejutkan mengingat imbal hasil obligasi Treasury AS yang meningkat dan Indeks Dolar AS (DXY) yang diperkirakan mengakhiri pekan dengan kenaikan moderat sekitar 0,25 persen.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Analisis Teknikal: Tren Bullish Emas Menguat
Menurut analisis Andy Nugraha dari Dupoin Futures Indonesia, struktur pergerakan emas saat ini masih berada dalam tren bullish yang kuat. Kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan dominasi minat beli, meskipun volatilitas jangka pendek tetap mewarnai pasar.
“Penguatan emas di tengah naiknya yield dan dolar mengindikasikan adanya permintaan yang cukup kuat dari sisi safe haven,” ujar Andy dalam keterangan tertulisnya, Senin, 22 Desember 2025.
Proyeksi Harga dan Level Kritis
Andy menggarisbawahi dua skenario utama untuk pergerakan harga emas ke depan. Jika tekanan bullish berlanjut, XAU/USD berpotensi melanjutkan kenaikan menuju level USD4.425 dalam waktu dekat. Area ini menjadi target kenaikan terdekat yang akan diuji apabila sentimen risiko global dan ekspektasi kebijakan moneter tetap mendukung.
“Namun, jika harga gagal melanjutkan penguatan dan mengalami koreksi, maka area USD4.294 diproyeksikan menjadi support terdekat yang akan diuji pasar,” ungkapnya.
Faktor Pendorong dan Sentimen Akhir Tahun
Kenaikan harga emas pada Senin, 22 Desember 2025, hingga menyentuh USD4.383, juga didukung oleh sepinya agenda ekonomi AS dan berakhirnya pekan perdagangan “resmi” terakhir tahun ini menjelang libur Natal. Data Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan untuk Desember yang direvisi turun dari 53,3 menjadi 52,9, lebih rendah dari ekspektasi, turut memberikan dukungan bagi logam mulia ini.
Survei tersebut juga menunjukkan ekspektasi inflasi satu tahun naik ke 4,2 persen, sementara ekspektasi lima tahun tetap 3,2 persen. Angka ini mencerminkan pandangan inflasi jangka panjang yang masih tinggi namun stabil, menambah daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi.
Di sisi lain, komentar dari pejabat bank sentral turut memengaruhi dinamika pasar. Presiden Fed New York, John Williams, menyatakan tidak memiliki “rasa urgensi” untuk mengubah kebijakan moneter. Pernyataan bernada netral-hawkish ini sempat mendorong pemulihan dolar dan menekan emas ke area USD4.320, sebelum logam mulia tersebut kembali menguat.
“Kenaikan imbal hasil global juga dipicu oleh langkah Bank Sentral Jepang yang menaikkan suku bunga, sehingga menambah tekanan dari sisi yield,” tambah Andy.
Meskipun demikian, emas tetap mampu bertahan dan menguat, walau imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik ke 4,147 persen dan imbal hasil riil AS meningkat menjadi 1,907 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa faktor permintaan lindung nilai dan sentimen akhir tahun masih memainkan peran penting dalam menopang harga.
Prospek Emas Menjelang Akhir Tahun
Pasar akan mencermati agenda ekonomi AS yang kembali padat pada pekan pendek menjelang Natal, termasuk data ketenagakerjaan ADP, pertumbuhan PDB kuartal ketiga (rilis pendahuluan), pesanan barang tahan lama, serta produksi industri.
“Secara keseluruhan, prospek emas hari ini masih cenderung positif, dengan tren naik tetap terjaga selama support kunci mampu dipertahankan dan volatilitas akhir tahun tidak memicu perubahan sentimen secara drastis,” pungkas Andy.






