Berita

Said Abdullah: “Gotong Royong Kunci Membesarkan PDI Perjuangan di Jawa Timur”

Advertisement

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Jawa Timur periode 2025-2030, Said Abdullah, menyerukan seluruh kader untuk bergotong royong membesarkan partai. Ia menekankan bahwa tantangan politik ke depan sangat dinamis dan membutuhkan kerja sama kolektif.

Pesan tersebut disampaikan Said Abdullah dalam pidato perdananya usai ditetapkan sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim periode 2025-2030 pada Konferensi Daerah (Konferda) PDI Perjuangan Jatim di Surabaya, Minggu, 21 Desember 2025. Acara penting ini turut dihadiri oleh Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, serta sejumlah kader partai lainnya.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Amanah Kepemimpinan dan Semangat Gotong Royong

Said Abdullah mengungkapkan bahwa amanah yang diemban tidaklah ringan. “Hari ini, saya diberikan tanggung jawab untuk melanjutkan kepemimpinan sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur periode 2025-2030. Amanah ini tidak mudah untuk emban, tantangan politik kedepan pastilah sangat dinamis.Jika amanah ini saya pikul sendirian, tentu tidak akan sanggup. Kita, seluruh kader PDI Perjuangan memiliki common bonding yakni jiwa gotong royong,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima pada Sabtu (20/12/2025).

Ia melanjutkan, “Hanya dengan gotong royong tugas sebesar apapun akan terasa ringan kita jalani. Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan kawan-kawan yang telah dilantik menjadi Pengurus DPD PDI Perjuangan 2025-2030 untuk all out membesarkan partai.”

Strategi Membesarkan Partai: Memahami Demografi dan Tren Masa Depan

Said Abdullah juga menekankan pentingnya bagi kader untuk memahami demografi Jawa Timur dan membaca tren masa depan sebagai syarat dasar membesarkan PDI Perjuangan di provinsi tersebut. “Syarat dasar PDI Perjuangan besar di Jawa Timur yakni kita harus mengetahui demografi Jawa Timur, dan tren tren ke depan. Kita harus punya mimpi yang tidak menggantung di langit, tetapi menjadi kenyataan politik yang ada di bumi,” ungkapnya.

Dalam lima tahun ke depan, Said Abdullah menargetkan penambahan jumlah kader PDI Perjuangan Jawa Timur secara signifikan. “Partai besar jika anggotanya berjumlah banyak, terdidik lebih ideologis, loyal dan militan. PDI Perjuangan Timur mengajak seluruh jajaran pengurus, mulai dari ranting sampai DPD, lima tahun ke depan kita harus mampu merekrut anggota secara besar besaran. Jika anggota PDI Perjuangan Jawa Timur saat ini lebih dari 500 ribu, dalam lima tahun kedepan kita harus punya target menambah anggota 1 – 1,5 juta anggota,” paparnya.

Ia menambahkan bahwa perekrutan anggota harus didasari pada manfaat yang dirasakan. “Agar mereka sukarela menjadi anggota PDI Perjuangan, tentu mereka harus merasakan manfaat kehadiran PDI Perjuangan. Manfaat tidak harus diartikan timbal balik yang bersifat pragmatis-transaksional,” jelasnya.

Fokus pada Generasi Z dan Alpha

Said Abdullah menyoroti pentingnya mengenal calon pemilih masa depan, khususnya Generasi Z dan Alpha, yang akan memiliki porsi besar pada Pemilu 2029 di Jawa Timur. “Demografi terbesar Jawa Timur di usia produktif. Gen Z dan Alpha pada pemilu 2029 akan cukup besar porsinya sebagai pemilih di Jawa Timur. Data BPS Jatim, porsi mereka mencapai 11,7 juta orang atau 27,8% dari keseluruhan penduduk Jatim, sebagian dari mereka pemilih pemula. Mereka bagian dari digital native generation,” tuturnya.

Advertisement

Untuk kelompok ini, PDI Perjuangan Jatim berencana merancang inisiatif program baru bernama Youth Venture Fund (YVF). “Terhadap kelompok ini, Bidang Kerakyatan DPD, dan DPC, kita harapkan mampu merancang inisiatif program baru seperti Youth Venture Fund (YVF), sederhananya, kita ingin membentuk modal abadi untuk bantuan usaha anak-anak Gen Z dan Alpa di Jawa Timur. Program ini kita harapkan mampu merekrut setidaknya 50 ribu generasi muda yang digunakan untuk membangun 50.000 start up baru hingga 2030,” tambahnya.

Kader juga diminta memahami ‘Bahasa Gen Z dan Alpha’ di media sosial agar informasi dapat terserap. “Pintunya mereka harus mendapatkan akses modal tanpa jaminan dan skill upgrade melalui YVF. Program ini harus inline dengan Bidang Ekonomi Kreatif agar menyediakan digital skill program untuk mereka bisa membangun digital asset yang layak,” ungkap Said. “Bidang komunikasi DPD dan DPC harus mampu menguasai dan mengikuti ‘bahasa prokem’ Gen Z dan Alpha melalui komunikasi via media sosial. Jika ekosistem ini terbentuk, kita mampu membangun entrepreneur, sekaligus jangkauan keanggotaan yang semakin luas,” sambungnya.

Khusus untuk Generasi Alpha, Said Abdullah berharap kader PDI Perjuangan di DPRD dapat menghadirkan kebijakan yang berdampak langsung. Ia menginginkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) lebih inklusif untuk akses perguruan tinggi bagi Gen Alpha, serta inisiatif baru dengan pelaku usaha dan donor internasional untuk program peduli sosial atau beasiswa.

Perhatian untuk Generasi Milenial

Selain generasi muda, Said Abdullah juga meminta kader memahami kondisi Generasi Milenial (Gen Y) di Jawa Timur yang berjumlah 9,3 juta orang. “Untuk segmen generasi milenial atau Gen Y, di Jawa Timur berjumlah 9,3 juta orang. Mereka inilah yang telah masuk usia kerja, namun dari sebagian mereka menganggur, ada pula yang turun kelas, dari pekerja formal menjadi informal karena dampak kebijakan layoff perusahaan,” jelasnya.

Untuk mengatasi masalah ini, Said Abdullah menekankan pentingnya menjaga iklim investasi di Jawa Timur. “Terhadap Gen Y ini, program partai harus hadir, sebagian dari mereka bisa ikut Youth Fund Venture, tetapi negara harus hadir setidaknya melalui pemerintah daerah. Para kepala daerah, kader PDI Perjuangan perlu melakukan reformasi struktural daerah. Permudah investasi masuk, terutama manufaktur/ industri, apalagi perluasan industri di Jatim mulai bergeser ke wilayah tengah (Jombang, Nganjuk, Ngawi, dan sekitarnya),” jelasnya.

Ia optimistis bahwa pertumbuhan industri akan menyerap angkatan kerja baru dan menampung mereka yang terkena PHK. “Pertumbuhan industri akan menampung mereka yang terkena layoff, serta menyerap angkatan kerja baru. Pertumbuhan industri di daerah menjadi kunci penyelamat terhadap para pengangguran yang sesungguhnya sebagian dari mereka punya skil, hanya karena ekosistemnya kurang mendukung,” tutup Said Abdullah.

Advertisement