Rusia dan China melayangkan kritik tajam terhadap Amerika Serikat (AS) terkait tekanan militer dan ekonomi yang diterapkan Washington terhadap Venezuela. Dalam pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu, 24 Desember 2025, kedua negara adidaya itu menyebut tindakan AS sebagai ‘perilaku koboi’ dan ‘intimidasi’.
Venezuela, yang meminta pertemuan darurat dewan dengan dukungan Moskow dan Beijing, menuduh Washington melakukan ‘pemerasan terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah kita’. Tuduhan ini muncul di tengah pengerahan kekuatan militer besar AS di Karibia, termasuk pencegatan kapal tanker minyak sebagai bagian dari blokade angkatan laut terhadap kapal-kapal Venezuela yang dianggap berada di bawah sanksi.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Duta Besar AS untuk PBB, Mike Waltz, dalam pertemuan tersebut, menegaskan bahwa negaranya akan melakukan segala daya untuk melindungi perbatasan dan rakyat AS. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menuduh Venezuela menggunakan minyak, sumber daya utama negara Amerika Selatan itu, untuk membiayai ‘narkoterorisme, perdagangan manusia, pembunuhan, dan penculikan’.
Pemerintah Venezuela membantah keras keterlibatannya dalam perdagangan narkoba. Caracas menegaskan bahwa Washington berupaya menggulingkan Presiden Nicolas Maduro untuk merebut cadangan minyak Venezuela yang merupakan terbesar di dunia.
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menyatakan, “Tindakan pihak AS bertentangan dengan semua norma utama hukum internasional,” seraya menyebut blokade AS sebagai ‘tindakan agresi’. Nebenzia menambahkan, “Tanggung jawab Washington juga terlihat jelas atas konsekuensi bencana yang terus-menerus dari perilaku seperti koboi tersebut.”
Senada dengan Rusia, perwakilan China, Sun Lei, menegaskan, “China menentang semua tindakan unilateralisme dan intimidasi dan mendukung semua negara dalam membela kedaulatan dan martabat nasional mereka.”
Duta Besar Venezuela, Samuel Moncada, menguatkan tuduhan pemerasan. Dia mengatakan AS telah menuntut rakyat Venezuela untuk menyerahkan kekayaannya. “Kita berada di hadapan kekuatan yang bertindak di luar hukum internasional, menuntut agar warga Venezuela meninggalkan negara kita dan menyerahkannya. Ini adalah pemerasan terbesar yang pernah ada dalam sejarah kita,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Duta Besar AS Waltz kembali mengulangi tuduhan Trump terhadap pemimpin Venezuela. Ia menyebut Nicolas Maduro sebagai buronan yang dicari oleh AS dan kepala organisasi teroris asing ‘Cartel de los Soles’. Para ahli, bagaimanapun, menyatakan tidak ada bukti keberadaan kelompok terorganisir dengan hierarki yang jelas yang menggunakan nama tersebut. Pemerintah AS sendiri telah menawarkan hadiah USD 50 juta untuk informasi apa pun yang mengarah pada penangkapan Maduro, yang dikenal sebagai sekutu setia pemimpin Rusia Vladimir Putin.
Sejak September, pasukan AS telah melancarkan puluhan serangan udara terhadap kapal-kapal yang menurut Washington, tanpa menunjukkan bukti, mengangkut narkoba. Lebih dari 100 orang dilaporkan tewas akibat operasi tersebut.





