Internasional

Rusia dan China Kecam Tekanan AS terhadap Venezuela di PBB, Sebut Tindakan ‘Koboi’

Advertisement

Rusia dan China melayangkan kecaman keras terhadap tekanan militer dan ekonomi yang terus meningkat dari Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela. Dalam pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (23/12), Beijing dan Moskow menyebut tindakan pemerintahan Presiden Donald Trump itu sebagai ‘perilaku koboi’ dan bentuk ‘intimidasi’.

Rusia: Tindakan AS Bertentangan dengan Hukum Internasional

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menegaskan bahwa langkah-langkah yang diambil AS bertentangan dengan semua norma utama hukum internasional. “Tindakan pihak AS bertentangan dengan semua norma utama hukum internasional,” ujar Nebenzia.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Ia juga menyoroti tanggung jawab Washington atas konsekuensi yang ditimbulkan. “Tanggung jawab Washington juga terlihat jelas atas konsekuensi bencana yang terus-menerus dari perilaku seperti koboi itu,” tambah Nebenzia di hadapan dewan. Lebih lanjut, Nebenzia secara tegas menyebut blokade yang dilakukan AS terhadap Venezuela sebagai “tindakan agresi.”

China Tolak Unilateralisme dan Intimidasi

Senada dengan Rusia, wakil China di PBB, Sun Lei, juga menolak segala bentuk unilateralisme dan intimidasi. China menyatakan dukungan penuh bagi kedaulatan negara-negara. “China menentang semua tindakan unilateralisme dan intimidasi dan mendukung semua negara dalam membela kedaulatan dan martabat nasional mereka,” kata Sun Lei, seperti dikutip AFP.

Venezuela Sebut ‘Pemerasan Terbesar’

Venezuela, yang meminta pertemuan darurat dewan dengan dukungan Moskow dan Beijing, menuduh Washington melakukan “pemerasan terbesar dalam sejarah kami.” Duta Besar Venezuela, Samuel Moncada, menyampaikan kepada dewan bahwa dunia saat ini berada di hadapan “kekuatan yang bertindak diluar hukum internasional, menuntut agar warga Venezuela meninggalkan negara kita dan menyerahkannya.”

Moncada menambahkan, “Ini adalah pemerasan terbesar yang pernah ada dalam sejarah kita.”

Advertisement

AS Bela Diri dan Tuduh Maduro Buronan

Menanggapi kritik tersebut, Duta Besar AS, Mike Waltz, menyatakan bahwa “AS akan melakukan segala upaya untuk melindungi hemisfer, perbatasan, dan rakyat Amerika.” Waltz mengulangi tuduhan Presiden Trump terhadap pemimpin Venezuela, Nicolas Maduro. Ia menyebut, “Nicolas Maduro adalah buronan yang dicari oleh keadilan Amerika dan kepala organisasi teroris asing ‘Cartel de los Soles’.”

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menuduh Venezuela menggunakan minyak untuk membiayai “narkoterorisme, perdagangan manusia, pembunuhan, dan penculikan.” Namun, para ahli mengatakan tidak ada bukti keberadaan kelompok terorganisir dengan hierarki yang jelas yang menggunakan nama tersebut.

Pemerintah Caracas membantah terlibat dalam perdagangan narkoba. Mereka menilai AS ingin menggulingkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro untuk menguasai cadangan minyak Venezuela yang terbesar di dunia.

Sebagai bagian dari tekanan, AS telah menempatkan kekuatan militer besar di Karibia dan mencegat kapal tanker minyak Venezuela yang dianggap melanggar sanksi. Pemerintah AS juga menawarkan hadiah US$50 juta (sekitar Rp830 miliar) untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin. Sejak September, pasukan AS melancarkan puluhan serangan udara terhadap kapal yang diduga mengangkut narkoba dan menewaskan lebih dari 100 orang.

Advertisement
Mureks