Tren

Rupiah Diproyeksikan Melemah ke Rp 16.760-16.790 per Dolar AS, Sentimen Ekonomi AS Menguat

JAKARTA – Nilai tukar rupiah diproyeksikan berada di bawah tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin, 29 Desember 2025. Pelemahan ini terutama dipicu oleh sentimen eksternal, menyusul penguatan data ekonomi AS yang kembali menopang posisi dolar di pasar global setelah libur panjang Natal.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa investor terus mencermati rilis data ekonomi AS. Biro Analisis Ekonomi AS mencatat perekonomian Negeri Paman Sam tumbuh kuat 4,3 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal III-2025. Capaian ini melampaui ekspektasi pasar yang sebesar 3,3 persen dan estimasi sebelumnya 3,8 persen.

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Kondisi tersebut mendorong arus modal cenderung bergerak ke aset berdenominasi dolar, membatasi ruang penguatan rupiah dalam jangka pendek. Meskipun demikian, faktor domestik relatif stabil dan tetap menjadi penahan volatilitas yang lebih dalam.

Ibrahim Assuaibi memperoyeksikan kurs rupiah terhadap dolar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (29/12), akan bergerak fluktuatif. Ia memprediksi rupiah berpotensi ditutup melemah di kisaran 16.760-16.790 rupiah per dolar AS.

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan di Jakarta, Rabu (24/12), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat bergerak menguat 22 poin atau 0,13 persen. Rupiah ditutup pada level 16.765 rupiah per dolar AS.

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan penguatan rupiah sebelumnya dipicu oleh pertumbuhan ekonomi AS yang melampaui proyeksi pelaku pasar. “Kurs rupiah menguat dipicu pertumbuhan ekonomi AS yang tumbuh di atas proyeksi pelaku pasar,” ujar Rully.

Namun, Rully menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS tersebut diperkirakan hanya bersifat insidensil sesaat. Hal ini disebabkan oleh tarikan data yang bergeser akibat shutdown atau penutupan pemerintah AS.

Mureks