PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PT Polytama Propindo (Polytama) resmi memperpanjang perjanjian kerja sama jual beli produk propylene. Kesepakatan strategis ini berlaku untuk periode lima tahun ke depan, mulai 1 Januari 2026 hingga 31 Desember 2030.
Penandatanganan komitmen pembaharuan ini berlangsung di Jakarta pada Senin (29/12/2025), dihadiri jajaran Direksi KPI, Polytama, TubanPetro, serta sejumlah klien Polytama.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Direktur Optimasi Feedstock & Produk KPI, Erwin Suryadi, menjelaskan bahwa kolaborasi ini merupakan sinergi hulu-hilir yang strategis dalam pengolahan produk petrokimia. Khususnya, mengubah bahan baku propylene menjadi polypropylene (PP), produk unggulan KPI yang berpotensi menghemat devisa negara hingga Rp 17,5 triliun per tahun.
Erwin menambahkan, langkah ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, terutama cita kelima yang menekankan pembangunan ekonomi berdikari melalui penguatan sektor industri, pertanian, dan kelautan.
“Kolaborasi ini sekaligus ditujukan untuk menekan ketergantungan impor PP yang saat ini masih berada di kisaran 1-1,5 juta ton per tahun, serta meningkatkan efisiensi operasional dan keuntungan konsolidasi di tingkat grup,” ujar Erwin, dalam keterangan resmi, Selasa (30/12/2025).
Ia melanjutkan, “Melalui jaminan stabilitas suplai bahan baku dari sisi hulu yang didukung oleh infrastruktur pipa eksisting yang telah beroperasi, KPI memberikan kepastian pasokan yang efisien bagi Polytama sebagai pihak hilir, sehingga kemitraan ini memberikan manfaat optimal dan berkelanjutan bagi kedua belah pihak.”
Pembaruan kerja sama ini, menurut Erwin, menjadi tonggak penting dalam hilirisasi petrokimia di Indonesia. Selain mendukung Asta Cita, inisiatif ini berkontribusi pada pembangunan industri petrokimia yang tangguh sebagai pilar ekonomi nasional.
“Dengan adanya kerja sama antara KPI dengan Polytama, memudahkan kita untuk melakukan pengembangan, termasuk diversifikasi dan penguatan agar produk yang dihasilkan oleh kilang bisa dimaksimalkan lagi dan memberikan manfaat bagi masyarakat,” ucap Erwin.
VP Commercial & Sales KPI, Aji Danardono, menambahkan bahwa sinergi ini tidak hanya mencakup suplai produk hulu petrokimia yaitu propylene untuk diolah menjadi produk hilir petrokimia yaitu polypropylene (PP), tetapi juga komitmen nyata terhadap konsep energi hijau.
“Kedua perusahaan telah diakui memiliki perspektif lingkungan dalam menjalankan bisnisnya. Rekam jejak tersebut menunjukkan sinergi terintegrasi fisik hulu-hilir guna mendukung keberlanjutan energi hijau di Indonesia,” tegas Aji.
Ia menyoroti capaian PROPER EMAS bersama serta produk-produk hijau yang dihasilkan. KPI, misalnya, memproduksi Green Diesel (HVO), Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang merupakan bahan bakar pesawat terbang dari minyak jelantah, serta Green Coke Pertamina sebagai solusi energi padat rendah emisi. Sementara Polytama menghasilkan produk hijau dengan implementasi Green Catalyst (Non Phthalate) seperti thin wall (TWIM) tersertifikasi UL Green Label dan Spun bond tersertifikasi Environmental Product Declaration (EPD).
Menanggapi perpanjangan kerja sama ini, Direktur Komersial dan Support Polytama, Dwinanto Kurniawan, menyatakan bahwa pemerintah Indonesia telah menegaskan pentingnya transformasi dari negara eksportir bahan mentah menjadi produsen barang bernilai tambah.
Dalam konteks ini, Polytama menunjukkan komitmennya untuk membangun fondasi industri petrokimia yang tangguh sebagai pilar ekonomi nasional. “Jaminan pasokan berkelanjutan dari KPI, Polytama bisa memastikan stabilitas bahan baku untuk ribuan industri manufaktur,” kata Dwinanto.
Ia melanjutkan, “Alhasil, ekonomi bergeliat sehingga memungkinkan Polytama untuk terus berinovasi, termasuk dalam pengembangan produk ramah lingkungan yang aman bagi konsumen dan mendukung target keberlanjutan nasional.”
“Sejalan dengan pertumbuhan kelas menengah industri, termasuk kemasan tangan higienis, alat medis dan komponen otomotif, maka keandalan pasokan yang sepenuhnya dari dalam negeri pada akhirnya akan mampu menghemat devisa, sekaligus mengurangi defisit neraca perdagangan, melalui ekonomi hijau,” tutur Dwinanto.
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, menegaskan bahwa kolaborasi ini bukan sekadar hubungan bisnis, melainkan pilar strategis dalam membangun industri petrokimia nasional yang mandiri dan berdaya saing. Sinergi ini memperkuat keamanan dan efisiensi rantai pasok melalui pasokan Propylene dari Kilang Balongan, didukung kedekatan geografis serta potensi pengembangan dari kilang lain seperti Cilacap dan Balikpapan, menjamin keberlanjutan operasional Polytama.
Menurut Taufik, kerja sama ini memberikan efek berganda (multiplier effect) yang signifikan. Industri petrokimia kini menjadi tulang punggung perekonomian nasional, dan kolaborasi KPI-Polytama berkontribusi pada penguatan industri manufaktur, penghematan devisa melalui substitusi impor, penciptaan lapangan kerja, serta pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya Jawa Barat.
“Inovasi produk Polytama melalui merek Masplene, pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, serta capaian PROPER EMAS yang konsisten, menunjukkan bahwa industri petrokimia Indonesia mampu tumbuh secara kompetitif sekaligus bertanggung jawab terhadap lingkungan,” tutur Taufik, menegaskan komitmen KPI terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Ia menambahkan, “Ke depan, kami memandang kolaborasi KPI dan Polytama sebagai platform untuk inovasi berkelanjutan, termasuk pengembangan produk bernilai tambah tinggi, efisiensi energi, dan dukungan terhadap transisi industri hijau nasional.” Kolaborasi ini diharapkan menjadi platform strategis untuk mempercepat transformasi sektor energi dan petrokimia Indonesia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.






