Otomotif

Proyeksi S&P Global Mobility: Penjualan Mobil Cina Diprediksi Lampaui Jepang di Pasar Global 2025

Dominasi kendaraan roda empat produksi Jepang di pasar global selama lebih dari dua dekade diproyeksikan akan berakhir pada tahun 2025. Untuk pertama kalinya, penjualan mobil asal Cina diprediksi melampaui capaian Jepang, menandai pergeseran signifikan dalam industri otomotif global.

Menurut data terbaru dari S&P Global Mobility, penjualan mobil Cina, yang mencakup kendaraan niaga dan penumpang baik domestik maupun ekspor, diperkirakan mencapai sekitar 27 juta unit. Angka ini lebih tinggi dibandingkan proyeksi penjualan kendaraan buatan Jepang yang diperkirakan sebanyak 25 juta unit.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Tren peningkatan penjualan mobil Cina telah terlihat beberapa waktu belakangan. Berbagai merek asal Tiongkok gencar menghadirkan model baru dengan fitur berlimpah namun ditawarkan dengan harga yang lebih kompetitif. Sebagian besar mobil Cina saat ini juga merupakan kendaraan ramah lingkungan, baik itu hibrida maupun bertenaga listrik murni.

Di pasar domestik Tiongkok, insentif yang diberikan oleh pemerintah provinsi turut berkontribusi besar dalam mendorong penjualan kendaraan. Sebanyak 70 persen penjualan mobil di sana didominasi oleh New Energy Vehicle (NEV) atau kendaraan energi terbarukan.

Kunci keberhasilan penjualan mobil Cina di pasar global juga berangkat dari fenomena oversupply di dalam negeri. Banyak model memiliki stok berlimpah yang berujung pada perang harga. Untuk mengatasi kondisi ini, banyak manufaktur kemudian melakukan ekspor kendaraan ke negara-negara potensial.

Terlebih lagi, berbagai negara, khususnya di Asia Tenggara, mulai memberlakukan kebijakan yang menguntungkan manufaktur mobil ramah lingkungan, membuka peluang pasar baru bagi produsen Cina.

Di Indonesia, merek seperti BYD mendapatkan keuntungan berupa insentif mobil listrik impor atau Completely Built Up (CBU). Kebijakan ini memungkinkan seluruh produk BYD yang masuk ke Indonesia dapat dijual dengan harga yang lebih kompetitif, meskipun belum diproduksi secara lokal.

Sepanjang tahun 2025, BYD tercatat mengimpor sebanyak 60 ribu unit mobil lintas model, termasuk Seal, Sealion 7, Atto 3, dan produk teranyar mereka Atto 1. Insentif ini diberikan dengan syarat bahwa manufaktur harus melakukan perakitan lokal sesuai dengan jumlah unit impor yang berhasil terjual ke konsumen di Indonesia.

Dominasi merek-merek otomotif Jepang yang sebelumnya kuat kini mulai dibalap oleh Tiongkok. Padahal, pada tahun 2018, penjualan mobil asal Negeri Sakura secara global berhasil menembus angka 30 juta unit. Fenomena serupa juga terjadi di pasar Indonesia, di mana merek Cina hadir menawarkan variasi model baru dengan harga yang kompetitif.

Pada November 2025, empat merek Cina bahkan berhasil masuk ke dalam 10 besar merek mobil dengan penjualan retail (distribusi dari diler ke konsumen) terbanyak. BYD menempati posisi ketiga dengan 8.243 unit, tepat di belakang Daihatsu yang mencatatkan 12.750 unit. Bahkan, pada bulan sebelumnya, Oktober 2025, penjualan retail BYD sempat menembus angka 9.732 unit.

Mureks