Otomotif

Penjualan Mobil Listrik di Cina Diprediksi Melambat pada 2026 Seiring Berakhirnya Insentif Pemerintah

Penjualan kendaraan listrik (EV) di Cina, yang sebelumnya mencatat pertumbuhan sangat positif sepanjang 2025, diproyeksikan akan melambat signifikan pada tahun 2026. Perlambatan ini terutama disebabkan oleh berakhirnya berbagai insentif dari pemerintah Tiongkok yang selama ini menjadi pendorong utama.

Pada tahun 2025, pasar mobil listrik Cina menikmati keuntungan besar dari beberapa faktor. Harga yang kompetitif, skema tukar tambah dengan mobil konvensional, serta pembebasan pajak pembelian mobil listrik sebesar 10 persen hingga Desember 2025, mendorong masyarakat untuk berbondong-bondong membeli kendaraan setrum tersebut.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Namun, laporan dari Economist Intelligence pada Senin (29/12) mengindikasikan adanya perubahan tren. “Beberapa pemerintah provinsi telah menangguhkan skema tukar tambah pada tahun ini, karena ketersediaan pendanaan yang lebih rendah,” tulis media daring tersebut, menyoroti salah satu penyebab utama perlambatan.

Selain itu, pasar mobil listrik pada 2026 diperkirakan akan menghadapi berbagai tekanan lain. Ketegangan perdagangan global, pergeseran tarif, dan ketidakpastian regulasi pemerintah memaksa para produsen untuk mengevaluasi ulang strategi produksi, penetapan harga, dan pasar mereka.

Laporan serupa dari Techinasia menyebutkan bahwa para analis memperingatkan puluhan produsen mobil listrik di Cina berada dalam ancaman serius pada 2026. Mereka kemungkinan besar akan menutup atau mengurangi operasinya karena pertumbuhan industri melambat dan insentif pemerintah berakhir. “Sekitar 50 produsen mobil listrik yang merugi menghadapi tekanan untuk mengurangi skala produksi atau mengakhiri bisnis,” demikian kutipan dari laporan tersebut.

Jika proyeksi penurunan penjualan ini terwujud, ini akan menjadi fenomena pertama sejak tahun 2020. “Deutsche dan JP Morgan memperkirakan penurunan penjualan kendaraan secara keseluruhan sebesar tiga persen hingga lima persen,” lanjut Techinasia, mengutip perkiraan dari dua lembaga keuangan besar tersebut.

Situasi ini diperkirakan akan semakin memburuk mengingat pada Januari 2026, pajak pembelian mobil listrik akan naik menjadi lima persen. Analis memprediksi hanya segelintir pabrikan yang akan mampu bertahan, seperti BYD dan Seres, yang dinilai mampu menghasilkan keuntungan. Hal ini sulit dilakukan oleh merek-merek lain yang merugi.

“Akan terjadi lebih banyak konsolidasi dan dorongan yang lebih kuat untuk memasuki pasar luar negeri,” tegas para analis. Keputusan ini berpotensi berdampak ke berbagai negara, termasuk Indonesia, mengingat banyaknya pabrikan asal Tiongkok yang kini menjajakan produknya di Tanah Air.

Mureks