Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon meresmikan Galeri Cagar Budaya Peringkat Nasional Gereja Immanuel Jakarta di GPIB Immanuel pada Senin, 22 Desember 2025. Peresmian ini bertepatan dengan momen menyambut Natal 2025, sekaligus menegaskan komitmen pelestarian gereja bersejarah sebagai living museum dan ruang edukasi budaya bagi masyarakat.
Kehadiran galeri ini menjadi bentuk keterlibatan nyata dalam pelestarian bangunan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan arsitektural tinggi.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Fadli Zon menegaskan, GPIB Immanuel merupakan warisan budaya berharga yang wajib dijaga. Ia menyebut gereja ini sebagai living museum dengan nilai arsitektural dan sejarah yang tinggi.
Menurut Fadli, keberlanjutan pemanfaatan gereja ini krusial untuk membangun ekosistem pelestarian yang berkesinambungan. “Selain menjaga dan melindungi, tetapi juga memanfaatkan sebagai bagian dari sebuah upaya menciptakan ekosistem sehingga ada keberlanjutan. Dan tentu saja sebagai cagar budaya nasional, GPIB Immanuel mempunyai memori kolektif yang panjang, menjadi saksi sejarah yang panjang dalam berbagai peristiwa,” ujar Fadli dalam keterangan tertulisnya.
Penataan galeri melibatkan kurator, arkeolog, sejarawan, dan arthandler profesional yang mumpuni di bidangnya. Diharapkan, galeri ini dapat menjadi bagian dari perayaan Natal di GPIB Immanuel Jakarta, serta memberikan manfaat edukasi bagi masyarakat Jakarta secara lebih luas.
Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan, menyampaikan apresiasi atas dukungan berbagai pihak dalam laporannya. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta atas upaya aktif pelestarian cagar budaya di wilayah DKI Jakarta, khususnya GPIB Immanuel Jakarta. Langkah ke depannya kita dapat terus bersinergi dalam melakukan konservasi terhadap cagar budaya di Jakarta,” kata Restu Gunawan.
Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel Jakarta, Abraham Ruben Persang, menuturkan bahwa upaya pelestarian GPIB Immanuel bertujuan untuk pemajuan kebudayaan Indonesia. “Dengan dukungan Bapak Menteri dan juga pemerintah, warisan sejarah yang diwariskan di GPIB bisa dilakukan konservasi dan pembuatan galeri, bukan untuk GPIB, tetapi untuk Indonesia. Ketika kita menghargai sejarah, menempatkannya secara benar, maka arah masa depan bangsa ini juga akan berjalan dengan benar,” ucap Abraham.
Senada dengan Abraham, Ketua Majelis Sinode GPIB Nitis Putrasana Harsono menyatakan bahwa benda-benda bersejarah di GPIB Immanuel Jakarta merupakan bagian tak terpisahkan dari perjalanan bangsa. “Dan benda-benda sejarah itu berbicara dari waktu ke waktu, memberikan informasi bukan hanya karya intelektual, bukan hanya keterampilan perjalanan bangsa, dan juga bukan hanya menceritakan perjalanan hidup orang beriman dari masa lalu yang dapat kita baca pada hari ini,” jelas Nitis Putrasana Harsono.
Jejak Sejarah Panjang Gereja Immanuel Jakarta
Penataan Galeri Cagar Budaya Gereja Immanuel Jakarta melalui riset koleksi dan sejarah bersama pihak gereja serta sejarawan. Hasilnya, galeri ini menghadirkan informasi dan koleksi yang merekam jejak bangunan bersejarah yang telah bertahan berabad-abad.
Gereja Immanuel Jakarta menjadi saksi perjalanan panjang sejarah, iman, dan peradaban. Sebagai salah satu gereja tertua di Indonesia, bangunan ini didirikan pada 1934-1939 dengan nama awal Willemskerk. Kehadirannya berfungsi sebagai pemersatu umat Protestan di Batavia sekaligus simbol toleransi, persaudaraan, dan kesetaraan.
Pada 1942, gereja tersebut sempat dikuasai tentara Jepang dan berganti nama menjadi Kuil Churei-Do, yang digunakan untuk menyimpan abu jenazah prajurit Jepang. Setelah Indonesia merdeka, berdirilah GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat), dan nama Willemskerk kemudian resmi diganti menjadi Gereja Immanuel.
Sebagai cagar budaya peringkat Nasional, Kementerian Kebudayaan berupaya mendukung jemaat GPIB Immanuel dalam melestarikan bangunan dan lingkungan gereja ini. Pelestarian cagar budaya dapat berjalan optimal melalui kolaborasi berbagai pihak, termasuk pemerintah, dukungan pihak swasta, pengurus, dan jemaat gereja.
Menutup sambutannya, Fadli Zon menegaskan komitmennya untuk membangun ruang edukasi di gereja-gereja yang berstatus cagar budaya nasional. “Sehingga setiap gereja memiliki narasi, sejarah, dan itu menurut saya akan membangun edukasi yang semakin baik untuk ruang belajar, ruang perjumpaan yang merawat toleransi, ruang pengelolaan, dan model pelestarian, serta ruang inspirasi,” pungkas Fadli.
Agenda peresmian ini turut dihadiri oleh Walikota Jakarta Pusat Arifin; Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Restu Gunawan; Direktur Warisan Budaya I Made Dharma Suteja; Direktur Urusan Agama Kristen Kementerian Agama RI Luksen Jems Mayor; Ketua Majelis Sinode GPIB Nitis Putrasana Harsono; serta Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel Jakarta Abraham Ruben Persang.






