Presiden Venezuela Nicolas Maduro secara resmi meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengecam tindakan militer Amerika Serikat (AS) di wilayah Karibia. Permintaan ini disampaikan Maduro menyusul apa yang disebutnya sebagai “intimidasi yang belum pernah terjadi sebelumnya” oleh Washington.
Dalam surat yang dibacakan oleh Menteri Luar Negeri Yvan Gil pada Senin, 22 Desember 2025, Maduro menegaskan bahwa operasi militer AS tersebut harus dihentikan. Ia menyoroti Operation Southern Spear yang dijalankan AS, yang menurutnya telah melanggar hak asasi manusia (HAM).
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Operation Southern Spear dilaporkan melibatkan pengerahan pasukan angkatan laut dan udara, termasuk kapal selam nuklir yang ditempatkan di lepas pantai Venezuela. Maduro secara khusus mengeluhkan operasi AS yang disebutnya menargetkan kapal-kapal sipil.
Pemerintah Venezuela dengan tegas menyatakan bahwa tindakan AS ini merupakan pelanggaran sistematis terhadap hukum internasional. Maduro menuding AS tidak mematuhi Piagam PBB, Konvensi Jenewa 1949, dan Deklarasi Universal atas HAM.
“Venezuela tidak melakukan tindakan yang membenarkan intimidasi militer semacam ini,” demikian pernyataan Maduro dalam suratnya kepada PBB.
Surat Maduro ini dikirimkan ke PBB di tengah meningkatnya tekanan dari Presiden AS Donald Trump. Trump belakangan melancarkan serangan terhadap kapal-kapal di Karibia dengan dalih operasi pemberantasan narkoba, yang telah menewaskan puluhan orang dan dikecam keras oleh Maduro.
Tekanan dari Trump semakin meningkat dengan perintah blokade total terhadap kapal-kapal minyak yang keluar masuk Venezuela. Ia juga mengerahkan pasukan Angkatan Udara ke Ekuador, sebuah wilayah yang sangat dekat dengan Venezuela.
Melalui platform Truth Social, Trump menulis, “Venezuela sepenuhnya dikepung oleh armada terbesar yang pernah dikumpulkan dalam sejarah Amerika Selatan. Armada ini akan terus membesar dan guncangan yang akan dialami Venezuela akan sangat dahsyat, sampai mereka mengembalikan semua minyak, tanah, dan aset lainnya yang mereka curi dari kita.”






