Sebuah misi penyelamatan medis di Gunung Kilimanjaro, puncak tertinggi di Afrika, berakhir tragis pada tengah pekan ini. Helikopter evakuasi yang hendak menjemput seorang pendaki yang sakit dilaporkan jatuh, menewaskan seluruh lima orang di dalamnya.
Komandan Polisi Regional Kilimanjaro, Simon Maigwa, mengonfirmasi insiden maut tersebut terjadi di salah satu rute pendakian paling populer bagi wisatawan. “Insiden maut tersebut terjadi pada tengah pekan ini di salah satu rute pendakian paling populer bagi wisatawan,” ujar Maigwa, seperti dilansir ABC News.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Kelima korban tewas terdiri dari dua warga negara asing yang merupakan pasien yang dievakuasi, satu dokter lokal bagian dari tim penyelamat, seorang pemandu wisata, dan satu pilot helikopter. Pihak kepolisian memastikan tidak ada korban selamat dalam kecelakaan tersebut.
Lokasi dan Kronologi Kecelakaan
Helikopter nahas itu sedang dalam perjalanan untuk mengevakuasi pasien yang mendaki melalui perusahaan wisata Boby Camping. Kecelakaan terjadi di zona ketinggian tinggi, tepatnya di antara Barafu Camp dan Puncak Kibo, pada ketinggian lebih dari 4.000 meter (sekitar 13.100 kaki) di atas permukaan laut.
Jalur tersebut merupakan salah satu rute pendakian terakhir menuju puncak utama Gunung Kilimanjaro yang menjulang setinggi 5.895 meter. Kondisi udara tipis dan cuaca yang cepat berubah di ketinggian ekstrem menjadi tantangan tersendiri bagi penerbangan.
Investigasi dan Tantangan Penerbangan
Helikopter yang jatuh diketahui milik perusahaan Kilimanjaro Aviation, penyedia layanan evakuasi medis udara. Hingga Jumat, 26 Desember 2025, pihak perusahaan belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden tersebut.
Otoritas Penerbangan Sipil Tanzania (TCAA) pada Kamis (25/12) telah menyatakan bahwa investigasi telah dimulai. Tim ahli akan berupaya menentukan keadaan dan penyebab pasti jatuhnya pesawat sesuai dengan regulasi keselamatan internasional.
Gunung Kilimanjaro sangat mengandalkan evakuasi helikopter untuk menyelamatkan pendaki yang menderita penyakit ketinggian (altitude sickness) atau cedera. Meskipun demikian, kecelakaan pesawat di wilayah ini tergolong sangat jarang terjadi. Insiden besar terakhir tercatat pada November 2008, yang menewaskan empat orang.






