Gelombang protes dan pemogokan melanda Iran selama tiga hari berturut-turut hingga Rabu (31/12/2025). Aksi massa ini dipicu oleh krisis ekonomi yang semakin dalam, menyusul anjloknya nilai tukar rial Iran ke rekor terendah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar terbuka.
Protes Meluas, Slogan Anti-Pemerintah Menggema
Kerusuhan bermula pada Minggu lalu, ketika para pedagang di Grand Bazaar Teheran menutup toko mereka sebagai bentuk protes atas lonjakan inflasi dan depresiasi mata uang nasional. Demonstrasi kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai kota lain, termasuk Karaj, Hamedan, Qeshm, Malard, Isfahan, Kermanshah, Shiraz, dan Yazd.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Video yang diverifikasi oleh BBC Persia menunjukkan ribuan demonstran turun ke jalan, sementara aparat keamanan terlihat menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa. Mahasiswa universitas juga bergabung dalam aksi tersebut, meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah seperti “Matilah diktator,” yang secara jelas merujuk pada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Pemerintah Iran Merespons, Gubernur Bank Sentral Mundur
Menanggapi situasi yang memanas, pemerintah Iran menyatakan mengakui adanya protes dan berjanji akan mendengarkan aspirasi publik. Presiden Iran Masoud Pezeshkian melalui platform X menyatakan telah memerintahkan Menteri Dalam Negeri untuk membuka dialog dengan perwakilan demonstran.
“Saya telah menginstruksikan pembicaraan dengan para perwakilan untuk menyelesaikan masalah dan bertindak secara bertanggung jawab,” tulis Pezeshkian, dikutip Rabu (31/12/2025).
Di tengah tekanan ekonomi dan politik, Pezeshkian juga menerima pengunduran diri Gubernur Bank Sentral Iran Mohammadreza Farzin. Ia segera menunjuk mantan Menteri Ekonomi dan Keuangan Abdolnasser Hemmati sebagai pengganti, sebuah langkah yang dipandang sebagai upaya untuk menenangkan pasar dan meredakan ketegangan.
Dukungan untuk Reza Pahlavi dan Reaksi Internasional
Di sisi lain, sebagian demonstran terdengar meneriakkan dukungan terhadap Reza Pahlavi, putra mendiang Shah Mohammad Reza Pahlavi yang digulingkan dalam Revolusi Islam 1979, dengan seruan “Hidup Shah.” Reza Pahlavi, yang kini tinggal di pengasingan di AS, menyatakan dukungannya melalui X.
“Saya bersama kalian. Kemenangan adalah milik kita karena perjuangan kita adil dan karena kita bersatu,” tulisnya. Ia menambahkan, “Selama rezim ini tetap berkuasa, situasi ekonomi negara akan terus memburuk.”
Dukungan internasional juga datang dari Amerika Serikat. Akun Departemen Luar Negeri AS berbahasa Persia menyebut Washington “memuji keberanian” para demonstran dan mendukung mereka yang memperjuangkan “martabat dan masa depan yang lebih baik” setelah bertahun-tahun kebijakan ekonomi yang dinilai gagal.
Sikap AS dan Ancaman Militer
Isu Iran turut menjadi agenda utama dalam pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Florida, Senin waktu setempat. Trump menolak secara terbuka mendukung perubahan rezim di Teheran, namun menyoroti kondisi ekonomi Iran.
“Mereka memiliki banyak masalah: inflasi yang luar biasa, ekonomi mereka hancur, dan orang-orang tidak begitu senang,” ujar Trump dalam konferensi pers bersama.
Trump juga membuka kemungkinan mendukung serangan udara Israel jika Iran kembali membangun program rudal balistik atau nuklirnya. Sebelumnya, pada Juni lalu, AS diketahui melancarkan serangan udara ke fasilitas pengayaan uranium utama Iran dalam perang 12 hari antara Israel dan Iran. Teheran sendiri menegaskan program nuklirnya bersifat damai.
Respons Keras Teheran dan Tudingan Khamenei
Presiden Pezeshkian pada Selasa menegaskan bahwa Iran akan merespons keras setiap bentuk agresi. “Tanggapan terhadap setiap tindakan agresi yang menindas akan keras dan menimbulkan penyesalan,” tegasnya.
Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei kembali menuding Israel berupaya memanfaatkan tekanan ekonomi untuk memicu kejatuhan rezim. “Mereka ingin menciptakan pemberontakan di jalanan… tetapi rakyat sama sekali tidak terpengaruh oleh keinginan musuh,” kata Khamenei dalam pernyataan sebelumnya.






