Internasional

Kementerian Pertahanan China: ‘AS Percepat Ancaman Perang di Selat Taiwan’

Advertisement

Pemerintah China mengecam keras keputusan Amerika Serikat (AS) untuk menjual paket persenjataan besar-besaran kepada Taiwan. Beijing menyatakan langkah Washington tersebut hanya akan memperburuk ketegangan dan mempercepat kemungkinan konflik di Selat Taiwan.

Pekan lalu, AS mengumumkan penjualan senjata senilai US$11,1 miliar atau sekitar Rp186 triliun (asumsi kurs Rp16.750/US$) ke Taiwan. Ini merupakan paket senjata AS terbesar yang pernah ada untuk pulau tersebut.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Kecaman Keras dari Beijing

Juru Bicara Kementerian Pertahanan China, Zhang Xiaogang, menegaskan bahwa AS telah mengingkari komitmennya. “Pihak AS telah mengingkari komitmennya, meningkatkan penjualan senjata ke Taiwan dan memperkuat penerimaannya terhadap Taiwan, memicu kesombongan lebih lanjut dan mempercepat ancaman perang di Selat Taiwan,” kata Zhang, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (26/12/2025).

Zhang menambahkan, AS harus segera menghentikan semua provokasi dan memperbaiki tindakan salahnya. Ia juga menyoroti dampak negatif dari RUU AS terkait Taiwan. “RUU AS yang negatif terkait Taiwan secara sembarangan mencampuri urusan internal China dan mengirimkan sinyal yang salah kepada kekuatan separatis kemerdekaan Taiwan, yang secara serius merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Zhang mendesak AS untuk memahami sepenuhnya sensitivitas tinggi isu Taiwan. Ia menekankan pentingnya AS mematuhi prinsip satu-China dan tiga komunikasi bersama Sino-AS. Zhang juga meminta AS untuk sangat berhati-hati dalam menangani isu-isu terkait Taiwan, menghentikan persenjataan di pulau itu dengan cara apa pun, serta mengambil tindakan konkret untuk menjaga situasi keseluruhan hubungan bilateral antara kedua negara dan kedua militer.

Detail Penjualan Senjata

Usulan penjualan senjata, yang disetujui oleh AS pada 18 Desember lalu, mencakup delapan item. Kementerian Pertahanan Taiwan dalam pernyataannya menyebutkan item-item tersebut antara lain sistem roket HIMARS, howitzer, rudal anti-tank Javelin, drone amunisi jelajah Altius, dan suku cadang untuk peralatan lainnya.

Advertisement

Taiwan menyambut baik dukungan tersebut. “AS terus membantu Taiwan dalam mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai dan dalam membangun kekuatan pencegahan yang kuat dengan cepat serta memanfaatkan keunggulan perang asimetris, yang menjadi dasar untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional,” demikian pernyataan kementerian tersebut pada saat itu.

Paket penjualan ini masih berada pada tahap pemberitahuan kepada Kongres AS. Kongres memiliki kesempatan untuk memblokir atau mengubah penjualan tersebut jika diinginkan, meskipun Taiwan memiliki dukungan lintas partai yang luas di sana.

Pembelaan dari Pentagon

Dalam serangkaian pernyataan terpisah yang mengumumkan rincian kesepakatan senjata, Pentagon menyatakan bahwa penjualan tersebut melayani kepentingan nasional, ekonomi, dan keamanan AS. Langkah ini disebut mendukung upaya berkelanjutan Taiwan untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya dan mempertahankan “kemampuan pertahanan yang kredibel”.

Menanggapi hal ini, Kementerian Pertahanan China pada 19 Desember lalu menegaskan militernya akan meningkatkan pelatihan dan “mengambil tindakan tegas” untuk melindungi kedaulatan dan integritas wilayah negara tersebut. Beijing juga telah menyampaikan “protes keras” kepada AS, mendesak negara tersebut untuk segera menghentikan penjualan senjata ke Taiwan dan mematuhi komitmennya untuk tidak mendukung “pasukan kemerdekaan Taiwan”.

Hubungan AS-Taiwan-China

Washington memiliki hubungan diplomatik formal dengan Beijing, namun tetap mempertahankan hubungan tidak resmi dengan Taiwan. AS juga merupakan pemasok senjata terpenting bagi pulau tersebut. Secara hukum, AS terikat untuk menyediakan Taiwan sarana untuk mempertahankan diri, meskipun penjualan senjata semacam itu merupakan sumber gesekan yang terus-menerus dengan China.

Advertisement
Mureks