Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan tahun 2025 dengan catatan positif. Pada hari terakhir perdagangan Bursa, Selasa (30/12/2025) sore, IHSG ditutup menguat di level 8.646,94. Pencapaian ini mencerminkan optimisme investor terhadap prospek ekonomi dan pasar keuangan domestik.
Penguatan IHSG tidak terlepas dari sentimen global yang membaik, terutama tren pemangkasan suku bunga baik di tingkat global maupun domestik. Kondisi ini mendorong investor untuk kembali mengambil risiko, khususnya di pasar negara berkembang yang menawarkan potensi imbal hasil menarik. Indonesia, dengan stabilitas makroekonomi, inflasi yang terjaga, dan prospek pertumbuhan yang solid, menjadi salah satu tujuan utama aliran dana.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Analis Pasar Modal Indonesia, Reydi Octa, menjelaskan bahwa peningkatan risk appetite investor menjadi faktor pendorong utama. “Penguatan IHSG di akhir 2025 didorong oleh sentimen tren pemangkasan suku bunga global dan domestik, sehingga meningkatkan risk apetite investor untuk mulai masuk ke emerging market,” ujar Reydi di Jakarta, Selasa (30/12/2025).
Selain itu, Reydi menambahkan, kinerja perusahaan tercatat (emiten) yang relatif solid, khususnya untuk saham-saham berkapitalisasi besar (big cap), turut menopang pergerakan IHSG. Fenomena window dressing juga disebutnya meningkatkan transaksi di akhir tahun.
IHSG ditutup menguat tipis 2,68 poin atau 0,03 persen ke posisi 8.646,94. Namun, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 justru turun 5,47 poin atau 0,64 persen ke posisi 846,57.
Secara analitis, penutupan IHSG di level tinggi ini juga mencerminkan ekspektasi pasar terhadap tahun 2026. Kebijakan moneter yang lebih longgar diharapkan mampu menopang ekspansi sektor riil dan kinerja emiten di tahun mendatang.
Untuk tahun 2026, Reydi Octa memprediksi bahwa arah suku bunga, isu geopolitik, serta pertumbuhan ekonomi global dan domestik akan menjadi perhatian utama investor. Selain itu, kinerja emiten big cap dan aliran dana asing yang masif akan menjadi penentu arah IHSG, mengingat kepemilikan investor asing kini menjadi minoritas di IHSG.
Selama sesi perdagangan, IHSG sempat dibuka melemah dan betah di teritori negatif hingga penutupan sesi pertama. Namun, pada sesi kedua, indeks berhasil bergerak ke zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tujuh sektor tercatat menguat. Sektor infrastruktur memimpin dengan kenaikan 2,30 persen, diikuti oleh sektor barang konsumen non primer yang naik 2,12 persen, dan sektor industri dengan kenaikan 0,71 persen.
Menutup 2025 dengan performa positif, IHSG memberikan sinyal optimisme bagi pasar saham. Tantangan ke depan adalah menjaga momentum ini agar sentimen positif yang telah terbangun dapat menjadi fondasi pertumbuhan yang berkelanjutan.






