Otomotif

Honda Pastikan Produksi di Indonesia Belum Terdampak Krisis Cip Semikonduktor Global

Advertisement

PT Honda Prospect Motor (HPM) menyatakan bahwa produksi dan distribusi kendaraan di Indonesia belum terdampak oleh kelangkaan cip semikonduktor global. Pernyataan ini disampaikan meskipun Honda Motor Co. dikabarkan harus menghentikan sementara operasional pabrik mereka di Cina dan Jepang akibat masalah serupa.

Yusak Billy, Sales & Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor, pada Senin (22/12) lalu, mengungkapkan harapan agar situasi ini tidak berimbas pada penjualan Honda di Tanah Air. Hal ini mengingat mayoritas mobil yang dipasarkan di Indonesia merupakan produksi dalam negeri.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

“Saat ini memang terdapat gangguan distribusi chip semikonduktor secara global. Untuk Indonesia, belum ada dampak terhadap produksi maupun distribusi kendaraan namun kami akan terus memonitor perkembangan ke depannya,” ujar Billy kepada KatadataOTO.

Meski demikian, HPM tidak menampik bahwa mereka juga mengimpor beberapa model secara utuh (CBU) ke Indonesia, termasuk Honda Step WGN yang baru diluncurkan pada pertengahan tahun ini.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), periode Januari hingga November 2025, Honda telah mengimpor sebanyak 1.914 unit kendaraan. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan sebesar 54,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai 4.203 unit.

Krisis Cip Semikonduktor dan Dampak Global

Sebelumnya, Honda mengumumkan rencana penghentian produksi di Jepang dan Cina. Langkah ini diambil pada akhir Desember 2025 hingga awal Januari 2026 karena kekurangan pasokan cip semikonduktor.

Advertisement

Di Cina, perusahaan akan menghentikan produksi di tiga pabrik yang dioperasikan melalui perusahaan patungan (Joint Venture) dengan produsen mobil Cina. Penghentian ini dijadwalkan mulai 29 Desember 2025 selama lima hari.

Sementara itu, penghentian produksi di pabrik Jepang direncanakan pada 5 dan 6 Januari 2026. Ketika produksi dilanjutkan pada 7 Januari 2026, output diperkirakan akan tetap dikurangi selama tiga hari.

Kekurangan cip semikonduktor ini disebut-sebut berakar dari perang proksi geopolitik yang terjadi di Belanda. Pada Oktober lalu, pemerintah Belanda dikabarkan mendapat tekanan dari Amerika Serikat untuk mengambil alih kendali Nexperia, sebuah perusahaan produsen cip milik Cina yang produknya banyak digunakan pada mobil, peralatan rumah tangga, dan teknologi lainnya.

Pemerintah Belanda beralasan bahwa pengambilalihan tersebut dilakukan karena Nexperia memiliki “kekurangan pada sistem tata kelola yang serius”. Mereka menilai mayoritas pemilik perusahaan berasal dari Cina dan berpotensi memindahkan teknologi penting keluar Eropa.

Situasi ini semakin memanas setelah Cina membalas dengan memblokir ekspor cip buatan Nexperia. Belanda akhirnya menangguhkan intervensinya setelah melakukan komunikasi dengan Negeri Tirai Bambu.

Advertisement
Mureks