Otomotif

GIAMM Desak Pemerintah: Insentif Otomotif Prioritaskan Mobil Ber-TKDN Tinggi untuk Industri Lokal

Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) mendesak pemerintah untuk mengarahkan insentif otomotif pada kendaraan dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi. Langkah ini diharapkan dapat menstimulasi pertumbuhan industri komponen di dalam negeri, yang dinilai belum optimal terserap oleh insentif yang diberikan kepada mobil listrik impor.

Insentif Otomotif Diharapkan Dorong Penjualan dan Industri Komponen

Berbagai pihak masih menaruh harapan besar pada insentif otomotif guna mendukung penjualan kendaraan roda empat pada tahun mendatang. Subsidi dari pemerintah tidak hanya berkontribusi menekan harga jual mobil, tetapi juga diharapkan mampu menggairahkan industri komponen di dalam negeri.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Namun, dalam praktiknya, insentif otomotif yang diberikan, khususnya untuk mobil listrik impor, disebut belum mampu menyerap komponen lokal secara maksimal. Oleh karena itu, GIAMM menyuarakan harapan agar insentif otomotif ke depan lebih memperhatikan aspek TKDN dari suatu kendaraan.

“Dari GIAMM sendiri berharap, di 2026 pemerintah dapat memberikan stimulus untuk kendaraan yang punya local content tinggi,” kata Rachmat Basuki, Sekretaris Jenderal GIAMM, kepada KatadataOTO pada Senin (29/12).

Rachmat menegaskan, insentif otomotif yang menyasar mobil rakitan lokal dengan TKDN tinggi dinilai krusial untuk membantu menaikkan penjualan mobil agar kembali pulih ke angka satu juta unit. “Industri komponen atau parts dalam negeri juga tertolong, karena sudah tiga tahun berturut-turut menurun,” tegasnya.

Model Kendaraan Ber-TKDN Tinggi di Indonesia

Di Indonesia, beberapa model kendaraan sudah memiliki kandungan lokal yang cukup tinggi, bahkan di atas 40 persen. Deretan produk di segmen Low Cost Green Car (LCGC) misalnya, telah mendapatkan insentif otomotif hingga tahun 2031, yang membuat LCGC hanya dikenakan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar tiga persen saja.

Rachmat juga menyoroti bahwa masih banyak model potensial lain yang bisa dikucurkan subsidi karena memiliki TKDN tinggi dan memanfaatkan komponen lokal secara optimal. “Betul, banyak mobil yang diproduksi di Indonesia punya local content tinggi selain LCGC,” ungkap Rachmat.

Meskipun demikian, perlu diketahui bahwa TKDN bukan satu-satunya kriteria mobil penerima insentif LCGC; besaran emisi yang dihasilkan juga turut menjadi pertimbangan.

Beberapa model kendaraan roda empat di dalam negeri yang memiliki TKDN di atas 40 persen antara lain:

  • Sport Utility Vehicle (SUV) Mitsubishi Xforce dan Destinator.
  • Multi Purpose Vehicle (MPV) Toyota Kijang Innova Zenix. Varian hybrid Innova Zenix telah mengantongi TKDN 60 persen, sementara tipe mesin bensinnya lebih tinggi di 85 persen.
  • MPV favorit konsumen Tanah Air, Toyota Avanza, yang komponen lokalnya diklaim di atas 80 persen.

Pemberian insentif yang tepat sasaran diharapkan dapat berkontribusi signifikan dalam memajukan industri komponen otomotif di Indonesia.

Mureks