Tren

Diplomasi Panda Tiongkok-Jepang Berakhir: Lei Lei dan Xiao Xiao Dipulangkan Januari 2026

TOKYO – Senyum para penggemar panda di Jepang harus menghadapi kenyataan pahit. Dua panda raksasa terakhir yang tersisa di negara itu, kembar Lei Lei dan Xiao Xiao, dijadwalkan kembali ke Tiongkok pada Januari 2026. Kepulangan ikon kebun binatang ini menandai berakhirnya era panjang “diplomasi panda” yang telah terjalin lebih dari setengah abad.

Sejak pertama kali tiba di Jepang, panda-panda Tiongkok telah menjadi daya tarik utama di berbagai kebun binatang, menghibur generasi pengunjung dengan tingkah laku mereka yang menggemaskan. Bagi banyak warga Jepang, kabar kepulangan Lei Lei dan Xiao Xiao bukan sekadar tentang hewan yang pergi, melainkan tentang kenangan masa kecil dan ritual tahunan yang kini akan sulit tergantikan.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Keputusan Tiongkok untuk menarik kembali Lei Lei dan Xiao Xiao juga mencerminkan dinamika yang lebih luas, yaitu memanasnya hubungan diplomatik antara Jepang dan Tiongkok. Di balik kelucuan panda, tersimpan cerita tentang bagaimana politik dapat memengaruhi kebahagiaan sederhana di kebun binatang dan hubungan antarnegara.

Sejarah Diplomasi Panda Tiongkok-Jepang

Pada tahun 1972, Tiongkok pertama kali menghadiahkan sepasang panda, Kang Kang dan Lan Lan, kepada Jepang setelah kedua negara menormalisasi hubungan bilateral pasca-Perang Dunia II. Kedatangan Kang Kang dan Lan Lan mencetak rekor fantastis dengan menarik 7,64 juta pengunjung ke Ueno Zoological Gardens pada tahun 1974, menurut pihak pengelola kebun binatang di Tokyo.

Sejak saat itu, Tiongkok secara konsisten meminjamkan panda ke Jepang sebagai bagian dari strategi yang dikenal sebagai “diplomasi panda,” sebuah upaya untuk mempererat hubungan antarnegara melalui pertukaran budaya dan satwa.

Escalasi Ketegangan Diplomatik

Namun, diplomasi tersebut kini berada di titik nadir. Keputusan Tiongkok untuk memulangkan panda kembar ini menyusul pernyataan kontroversial Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi terkait Taiwan. Takaichi mengatakan bahwa Jepang mungkin akan membela Taiwan jika terjadi “situasi yang mengancam kelangsungan hidup.”

Pernyataan tersebut memicu kemarahan Tiongkok, yang secara tegas menganggap Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya. Insiden ini memperkeruh hubungan yang sudah tegang antara kedua negara adidaya Asia tersebut.

Evolusi Status Panda dan Krisis Sebelumnya

Fenomena “demam panda” di Jepang yang dipicu oleh panda-panda di Ueno telah melahirkan generasi pecinta panda. Hal ini mendorong Tiongkok untuk meminjamkan hewan-hewan tersebut ke fasilitas lain seperti Adventure World di Wakayama dan Oji Zoo di Kobe.

Namun, status panda sebagai “diplomat” mengalami perubahan signifikan pada tahun 1984. Setelah panda dimasukkan ke dalam Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah (CITES) atau Konvensi Washington, perdagangan komersial dilarang. Sejak itu, panda hanya dapat dipinjamkan untuk kepentingan riset dan pengembangbiakan, bukan lagi sebagai hadiah.

Krisis koleksi panda sempat melanda Ueno pada tahun 2008 ketika panda jantan Ling Ling mati. Kebun binatang tersebut tidak memiliki koleksi panda selama beberapa waktu. Setelah pemerintah dan pemangku kepentingan melakukan lobi intensif, pasangan Ri Ri dan Shin Shin akhirnya tiba di Jepang pada tahun 2011, melanjutkan tradisi diplomasi panda yang kini kembali diuji.

Mureks