Ketegangan di kawasan Amerika Latin memanas setelah laporan menyebutkan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) melancarkan serangan pesawat tak berawak (drone) terhadap sebuah fasilitas pelabuhan di pesisir Venezuela awal bulan ini. Insiden ini menandai serangan publik pertama yang diketahui dilakukan Amerika Serikat (AS) langsung ke dalam wilayah kedaulatan negara tersebut.
Berdasarkan laporan CNN International, serangan tersebut menargetkan dermaga terpencil yang diyakini pemerintah AS digunakan oleh geng kriminal Venezuela, Tren de Aragua, untuk menimbun narkoba sebelum dikirim melalui jalur laut. Sumber menyebutkan bahwa tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut karena fasilitas dalam keadaan kosong saat dihantam rudal.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Dua sumber lain mengindikasikan Pasukan Operasi Khusus AS memberikan dukungan intelijen dalam operasi tersebut. Namun, juru bicara Komando Operasi Khusus AS, Kolonel Allie Weiskopf, membantah keterlibatan tersebut. “Operasi Khusus tidak mendukung operasi ini, termasuk dukungan intelijen,” tegas Weiskopf, dikutip Selasa (30/12/2025).
Sementara itu, Presiden Donald Trump secara tersirat mengakui serangan tersebut dalam sebuah wawancara pada 26 Desember lalu. Ia menyebut AS telah menghancurkan semacam “fasilitas besar tempat kapal-kapal berasal” sebagai bagian dari kampanye melawan rezim Nicolas Maduro. Saat ditanya apakah serangan itu dilakukan oleh militer atau CIA, Trump menolak berkomentar lebih lanjut. “Kami menghantam semua kapal, dan sekarang kami menghantam areanya. Itu adalah area implementasi, dan sekarang (area itu) sudah tidak ada lagi,” ujar Trump.
Serangan ini merupakan eskalasi signifikan dalam kebijakan AS terhadap Venezuela. Sebelumnya, militer AS hanya memiliki kewenangan hukum untuk menyerang kapal penyelundup di perairan internasional, bukan di daratan. Trump diketahui telah memperluas wewenang CIA awal tahun ini untuk melakukan operasi di Amerika Latin, termasuk di dalam wilayah Venezuela.
Hingga saat ini, AS telah menghancurkan lebih dari 30 kapal di Laut Karibia dan Samudra Pasifik Timur dalam kampanye antinarkoba. Selain itu, Trump juga memerintahkan blokade terhadap kapal tanker minyak yang terkena sanksi yang keluar masuk Venezuela.
Meskipun pejabat AS berdalih ini adalah kampanye antinarkotika, Kepala Staf Gedung Putih Susie Wiles secara blak-blakan mengungkapkan kepada Vanity Fair bahwa rangkaian serangan ini bertujuan untuk menekan Presiden Nicolas Maduro agar menyerah. Strategi AS saat ini semakin menyerupai metode “Perang Melawan Teror” (War on Terror).
Menteri Pertahanan Pete Hegseth bahkan menyamakan kartel narkoba dengan kelompok teroris internasional. “Para narkoteroris ini adalah Al-Qaeda di belahan bumi kita,” kata Hegseth dalam Reagan National Defense Forum. “Dan kami memburu mereka dengan kecanggihan serta presisi yang sama seperti saat kami memburu Al Qaeda.”






